Budi Starch siapkan dana untuk beli pabrik tapioka



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) ingin menambah satu pabrik tepung tapioka. Upaya tersebut akan mereka wujudkan dengan cara mengakuisisi pabrik tepung tapioka di Lampung pada akhir semester I 2018.

Objek akuisisi Budi Starch berupa pabrik dengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton tapioka per tahun. Karena pabrik lama, perusahaan yang tercatat dengan kode saham BUDI di Bursa Efek Indonesia tersebut harus merevitalisasi terlebih dahulu.

Nilai akuisisi pabrik tepung tapioka di Lampung bakal menelan anggaran Rp 60 miliar. Budi Starch akan mencukupi kebutuhan dana tersebut dari kas internal.


Pabrik tepung tapioka di Lampung akan melengkapi 15 pabrik tepung tapioka Budi Starch yang lain. Selain pabrik tepung tapioka, mereka juga memiliki empat pabrik pemanis di Lampung, Subang, Krian, serta Solo.

Ada pula satu pabrik karung plastik, namun ini untuk kebutuhan sendiri. Total kapasitas produksi terpasang semua pabrik Budi Starch mencapai 825.000 ton dengan rata-rata utilitas saat ini 55%.

"Di industri agro utilisasi 60% itu sudah tinggi dan maksimal karena perlu disesuaikan jumlah bahan baku yang masuk," tandas Mawarti Wongso, Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk saat dihubungi KONTAN, Selasa (7/11).

Harga jual turun

Tatkala niat ekspansi masih masih besar, pendapatan Budi Starch menyusut 2,62% dalam periode year on year (yoy) per 30 September 2017, menjadi Rp 1,86 triliun. Mereka menuding melimpahnya bahan baku produksi sebagai penyebab harga jual tepung tapioka turun. Alhasil, pendapatan usaha menyusut.

Sepanjang sembilan bulan tahun ini, Budi Starch menghitung rata-rata harga jual tepung tapioka Rp 4.100 per kilogram (kg). Padahal tahun lalu harga jual sekitar Rp 5.250 per kg.

Budi Starch memprediksi, harga jual tepung tapioka hingga akhir tahun 2017 bakal stabil pada level sekitar Rp 4.000. "(Harga tersebut) tidak masalah karena kebutuhan dalam negeri tetap tinggi," ujar Mawarti.

Meskipun top line menyusut, bottom line Budi Starch mendaki. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih perusahaan ini per 30 September 2017 tercatat Rp 33,38 miliar. Laba bersih itu naik 10,82% ketimbang periode yang sama tahun 2016.

Berkaca dari capaian sembilan bulan tahun itu, Budi Strach optimistis laba bersih hingga tutup tahun 2017 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. "Laba bersih sudah pasti naik karena kuartal III sudah setara dengan hasil tahun lalu," beber Mawarti.

Benar saja, tahun lalu Budi Starch mencatatkan laba bersih Rp 33,65 miliar. Laba bersih tahun 2016 tumbuh 71,68% dari capaian tahun 2015, yakni Rp 19,6 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina