KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Budi Starch & Sweetener Tbk mengendus peluang pasar untuk produk tepung tapioka di mancanegara. Untuk itu, emiten berkode saham
BUDI itu ingin memacu penjualan ekspornya dengan mencari peluang-peluang ekspor baru di mancanegara. Wakil Presiden Direktur BUDI, Sudarmo Tasmin mengatakan, BUDI memiliki rencana menjajal pasar tepung tapioka di Malaysia dan Amerika Serikat (AS). Sejauh ini, Budi sudah melakukan penjajakan ke calon pembeli di kedua negara tersebut. Kalau berjalan sesuai rencana, penjualan ekspor tepung tapioka perdana ke kedua negara tersebut diharapkan sudah bisa direalisasi di kuartal II tahun ini. “(Malaysia dan AS merupakan)Target baru, dan semoga dalam waktu dekat, kami sudah bisa ekspor kesana,” kata Sudarmo kepada Kontan.co.id, Selasa (4/5).
Bukan tanpa alasan BUDI memacu penjualan ekspor. Belakangan, permintaan ekspor tepung tapioka BUDI di pasar ekspor memang tengah melonjak. Mengutip laporan keuangan interim perusahaan, penjualan ekspor tepung tapioka BUDI meroket 937,29% secara tahunan atau
year-on-year (yoy) dari semula hanya Rp 244 juta di kuartal I 2020 menjadi Rp 228,94 miliar di kuartal I 2021. Walhasil, porsi kontribusi penjualan ekspor dalam total penjualan tepung tapioka BUDI meningkat tajam dari semula hanya 0,05% di kuartal I 2020 menjadi 34,18% di kuartal I 2021. Sementara itu, penjualan tepung tapioka sendiri berkontribusi 74,06% dari total pendapatan usaha BUDI di kuartal pertama tahun ini. Pendapatan usaha sisanya berasal dari penjualan
sweeteners, asam sitrat dan produk kimia lainnya, serta karung plastik.
Baca Juga: Laba Budi Starch & Sweetener (BUDI) naik tipis di tahun lalu Sudarmo menduga, permintaan tepung tapioka yang melonjak di pasar ekspor dipicu oleh meningkatnya harga jagung akibat adanya rumor berkurangnya panen jagung di Amerika Serikat dan Amerika Latin, serta terjadinya pembelian jagung dalam jumlah yg besar oleh China. Hal ini membuat minat pasar terhadap tepung tapioka yang merupakan produk substitusi tepung jagung menjadi bertambah. “Tepung tapioka dan tepung jagung, pada dasarnya bisa saling menggantikan, kecuali dalam aplikasi barang-barang tertentu,” terang Sudarmo.
Seperti diketahui, berbeda dengan tepung jagung, tepung tapioka terbuat dari singkong. Aplikasi penggunaannya beragam, bisa digunakan sebagai bahan baku makanan,
sweetener, pelekat dan penyerap kertas, dan lain-lain. Sudarmo optimistis, penjualan ekspor tepung tapioka BUDI di sepanjang tahun ini berpeluang meningkat pesat dibanding realisasi ekspor tepung tapioka tahun lalu. Hanya saja, Sudarmo tidak merinci berapa proyeksi kenaikan yang bisa didapat. “Masih meningkat terus, belum bisa dipastikan sekarang,” ujarnya singkat. Sepanjang kuartal I 2021 lalu, pendapatan usaha BUDI mengalami kenaikan 32,97% yoy dari semula Rp 680,05 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 904,33 miliar di kuartal I 2021. Seiring dengan kenaikan pendapatan usaha, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih BUDI tumbuh 333,86% yoy dari semula Rp 6,68 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 29 miliar di kuartal I 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .