Budidaya asam jawa tidak seasam rasanya (1)



Tanaman asam jawa sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini  menghasilkan buah asam yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur. Hingga sekarang, permintaan buah asam jawa masih tinggi.

Karena, selain sebagai bumbu masakan, buah asam juga ternyata banyak dicari sebagai ramuan herbal untuk minuman maupun obat-obatan.

Makanya tak heran, budidaya tanaman yang satu ini menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Tanya saja pada Ahmadi, salah satu yang menggeluti usaha dengan bendera Indoagro Prima di Jawa Timur.


Menurut Ahmadi, memang makin banyak yang tertarik membudidayakan tanaman asam jawa ini. Ia menyebutkan, selain buah, bagian lain dari tanaman ini juga bisa dimanfaatkan.

"Mulai buah, daun, biji, sampai kulit kayunya bisa dimanfaatkan," tutur Ahmadi. Pemanfaatannya rata-rata masih terkait dengan bahan obat-obatan, jamu atau bahan pangan.

Ahmadi lebih banyak mengirimkan produksinya ke berbagai kota di Jawa Timur, Solo, Semarang, Jakarta, Lampung hingga Batam. Dalam sebulan, ia bisa mengirimkan 25 ton asam jawa dengan harga jual variatif.

Pada saat musim panen, harga asam jawa kupas kulit jaring dan masih ada biji ia jual sekitar Rp 8.000 per kilogram dengan pembelian per karung berisi 50 kilogram.

"Namun harganya bisa naik kalau tidak sedang musim panen karena di pasaran juga kan sedang langka," tutur Ahmadi.Namun jangan khawatir,  panen asam jawa juga tidak terlalu lama.

Wahyudi, salah seorang pebudidaya asam jawa lainnya asal Padang, Sumatra Barat, mengatakan panen tanaman asam jawa ini sama dengan padi. Wahyudi mengatakan, asam jawa sudah bisa dipanen setelah empat bulan masa tanam.

Biaya menanamnya pun tidak terlalu besar. Selama satu musim panen, Wahyudi mengaku menghabiskan biaya sekitar Rp 2,5 juta untuk perawatan tanaman.

Wahyudi mulai menanam sejak tahun 2009. Dengan lahan seluas tujuh hektare, ia membudidayakan tanaman ini di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Saban bulan, ia memproduksi sekitar 20 ton asam jawa.

Omzetnya mencapai sekitar Rp 30 juta per bulan. Wahyudi menjual dua jenis asam jawa. Buah yang masih memiliki biji dijual senilai Rp 12.000 per kilogram.

Untuk asam jawa tanpa biji, ia mematok harga Rp 15.000 per kilogram. “Lebih banyak pelanggan saya yang membeli asam jawa dengan biji,” ujarnya.

Wahyudi memasarkan produknya lewat internet. Pelanggannya berasal dari seluruh pelosok Indonesia, terutama para pedagang dan perusahaan makanan di Sumatra dan Jawa. Ia juga menjual bibit tanaman ini seharga Rp 6.000 per kg.    (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri