Lahan budidaya ikan di Duren Mekar cukup luas. Namun, masih belum bisa menampung seluruh ikan ketika beranjak besar. Karena itu, peternak membatasi umur budidaya lele dan gurami di sentra tersebut. Pembudidaya hanya membenihkan hingga anak ikan lele berumur antara 10 hari hingga 15 hari. Menurut Rosidih, seorang pembudidaya, lele yang sudah berumur di atas 10 hari perlu mendapat pasokan makanan yang lebih banyak. Sedangkan gurami, masa pembenihannya bisa sampai tiga bulan. Mereka memulai pembudidayaan ikan lele dari indukan atau biangnya. Cara mengawinkannya dengan menempatkan lele jantan dan lele betina dalam satu hapa (jaring apung), yang biasanya berukuran 1 m x 1,5 m. Peternak mengawinkan lele usia satu tahun dengan berat 1 kg–1,5 kg. Siklus kawin budidaya lele lebih cepat daripada gurami. Perkawinan lele bisa terjadi dalam semalam dengan produksi antara 20.000-50.000 butir telur. Setelah telur menetas di hari berikutnya, peternak lele memberi makan berupa kutu air. Setelah hari keempat, lele kecil ini diberi makan cacing. Semakin besar lele, maka kebutuhan pakannya akan kian besar. Pada hari ketiga, dua gayung cacing seharga Rp 10.000 per gayung bisa untuk empat kolam lele. Pada hari kelima, kebutuhan makannya akan meningkat hingga tiga gayung. "Kalau sudah 10 hari biayanya besar," kata Rosidih. Karenanya, ketika sudah 10 hari, peternak mengangkut lele-lele ini untuk dibesarkan di tempat lain. Lele dari Duren Mekar ini biasanya diborong peternak lele atau pedagang perantara yang memiliki tempat pembesaran ikan yang lebih luas. Peternak lele lainnya, Supardi, mengatakan ada juga pembeli yang datang dari Kampung Sawah, Cilentreng, Cilangkap, dan Kampung Anyar. Para pembeli benih lele Duren Mekar juga berasal dari seluruh kawasan Jabodetabek. Bahkan, ada yang dari Kalimantan, Batam, Palembang, dan Medan. Dengan masa ternak hanya 10 hari, para pembudidaya di Duren Mekar bisa mengangkat dan menjual benih lele tiga kali dalam sebulan. Penjualan benih lele di tempat itu dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem borongan dan sistem satuan. Secara borongan, pembeli akan mengangkut isi satu kolam penuh dengan harga tertentu. Yaitu, berkisar Rp 300.000–Rp 400.000 untuk empat hingga lima kolam. Sementara kalau lele sudah berusia sekitar 15 hari, para pembudidaya lele akan menjualnya dengan sistem satuan. Harganya sekitar Rp 15 hingga Rp 20 per ekor. Adapun gurami dijual ketika berusia satu bulan hingga dua bulan. "Untuk ukuran 1,5 bulan, harga gurami sekitar Rp 200–Rp 250 per ekor," imbuh Rosidih. Biasanya para pembeli yang datang ke Duren Mekar mengecek dulu untuk mengetahui ketersediaan lele. Setelah memastikannya, baru mereka datang. Kalau satu pembudidaya kehabisan lele, mereka datang ke pembudidaya lainnya. Setelah transaksi dilakukan, si pembeli akan membawa benih-benih ikan ini dengan kantong plastik. Benih lele bisa diangkut menggunakan motor. Sementara gurami untuk pembelian jumlah besar diangkut dengan mobil. (Bersambung).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Budidaya ikan hanya sampai usia 10 hari (2)
Lahan budidaya ikan di Duren Mekar cukup luas. Namun, masih belum bisa menampung seluruh ikan ketika beranjak besar. Karena itu, peternak membatasi umur budidaya lele dan gurami di sentra tersebut. Pembudidaya hanya membenihkan hingga anak ikan lele berumur antara 10 hari hingga 15 hari. Menurut Rosidih, seorang pembudidaya, lele yang sudah berumur di atas 10 hari perlu mendapat pasokan makanan yang lebih banyak. Sedangkan gurami, masa pembenihannya bisa sampai tiga bulan. Mereka memulai pembudidayaan ikan lele dari indukan atau biangnya. Cara mengawinkannya dengan menempatkan lele jantan dan lele betina dalam satu hapa (jaring apung), yang biasanya berukuran 1 m x 1,5 m. Peternak mengawinkan lele usia satu tahun dengan berat 1 kg–1,5 kg. Siklus kawin budidaya lele lebih cepat daripada gurami. Perkawinan lele bisa terjadi dalam semalam dengan produksi antara 20.000-50.000 butir telur. Setelah telur menetas di hari berikutnya, peternak lele memberi makan berupa kutu air. Setelah hari keempat, lele kecil ini diberi makan cacing. Semakin besar lele, maka kebutuhan pakannya akan kian besar. Pada hari ketiga, dua gayung cacing seharga Rp 10.000 per gayung bisa untuk empat kolam lele. Pada hari kelima, kebutuhan makannya akan meningkat hingga tiga gayung. "Kalau sudah 10 hari biayanya besar," kata Rosidih. Karenanya, ketika sudah 10 hari, peternak mengangkut lele-lele ini untuk dibesarkan di tempat lain. Lele dari Duren Mekar ini biasanya diborong peternak lele atau pedagang perantara yang memiliki tempat pembesaran ikan yang lebih luas. Peternak lele lainnya, Supardi, mengatakan ada juga pembeli yang datang dari Kampung Sawah, Cilentreng, Cilangkap, dan Kampung Anyar. Para pembeli benih lele Duren Mekar juga berasal dari seluruh kawasan Jabodetabek. Bahkan, ada yang dari Kalimantan, Batam, Palembang, dan Medan. Dengan masa ternak hanya 10 hari, para pembudidaya di Duren Mekar bisa mengangkat dan menjual benih lele tiga kali dalam sebulan. Penjualan benih lele di tempat itu dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem borongan dan sistem satuan. Secara borongan, pembeli akan mengangkut isi satu kolam penuh dengan harga tertentu. Yaitu, berkisar Rp 300.000–Rp 400.000 untuk empat hingga lima kolam. Sementara kalau lele sudah berusia sekitar 15 hari, para pembudidaya lele akan menjualnya dengan sistem satuan. Harganya sekitar Rp 15 hingga Rp 20 per ekor. Adapun gurami dijual ketika berusia satu bulan hingga dua bulan. "Untuk ukuran 1,5 bulan, harga gurami sekitar Rp 200–Rp 250 per ekor," imbuh Rosidih. Biasanya para pembeli yang datang ke Duren Mekar mengecek dulu untuk mengetahui ketersediaan lele. Setelah memastikannya, baru mereka datang. Kalau satu pembudidaya kehabisan lele, mereka datang ke pembudidaya lainnya. Setelah transaksi dilakukan, si pembeli akan membawa benih-benih ikan ini dengan kantong plastik. Benih lele bisa diangkut menggunakan motor. Sementara gurami untuk pembelian jumlah besar diangkut dengan mobil. (Bersambung).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News