Budidaya tikus belanda menjanjikan (1)



JAKARTA. Bagi sebagian orang, tikus memang menjijikan dan menyebalkan. Namun, tidak semua tikus layak mendapatkan label tersebut. Tikus belanda atau dikenal dengan nama guinea pig justru banyak dicari orang. Tikus jenis ini menjadi salah satu hewan peliharaan populer di Indonesia.

Banyak orang yang kepincut dengan hewan ini karena memiliki bulu yang tebal seperti kelinci dengan ukuran tubuh mungil seperti marmut. Selain bentuknya yang menggemaskan, hewan ini juga penurut dan tidak bau. Lantaran permintaannya tinggi, belakangan banyak orang mengembangbiakkan hewan ini untuk dijual.

Salah satunya adalah Cahyo Agus Febri Sutanto yang membudidayakan tikus belanda sejak 2006 di Yogyakarta. Awalnya, Cahyo mendapat anakan tikus belanda dari Magelang dan Bandung untuk. "Sebelumnya saya beternak kelinci, tapi beralih jadi tikus belanda karena peluang usahanya besar," jelas Cahyo.


Cahyo bilang, di luar negeri, tikus belanda dikenal dengan nama guinea pig. Sebagian besar orang juga menyebutnya marmut. Namun, menurut Cahyo, guinea pig memiliki banyak perbedaan dengan marmut lokal yang biasa dijadikan makanan ular.

"Guinea pig ini marmut hias yang biasa untuk dipelihara. Ada banyak jenisnya, yang membedakannya jenis bulu dan pusaran rambutnya," jelas Cahyo.

Saat ini,  Cahyo memelihara ratusan guinea pig dengan sembilan jenis yang berbeda-beda. Antara lain jenis bulu pendek dari ras Americana dan Abysinian, bulu panjang dari ras silkie dan coronet, serta jenis lainnya dengan rambut keriting dan ikal.

Setelah berumur dua bulan, tikus belanda yang ia ternakkan sudah bisa dijual dengan rentang harga Rp 200.000-Rp 2 juta per ekor. Sejauh ini, Cahyo memasarkan tikus belanda lewat media media sosial. Kini ia sudah memasarkan tikus belanda ke berbagai daerah di Indonesia.

Pembudidaya lainnya adalah Lanny Suncoko di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dia sudah memelihara guinea pig sejak tahun 2010. Awalnya ia  melihat hewan pengerat ini di beberapa pameran di mal Jakarta.

Lantaran tertarik, ia lantas membeli tikus belanda seharga Rp 600.000 sepasang. Kini, Lanny sudah memiliki sekitar 20 ekor tikus belanda. Hewan yang berasal dari wilayah pegunungan Andes ini memiliki beberapa jenis.

Salah satunya yag banyak peminatnya adalah jenis peruvian. Lanny menjual tikus ini dengan harga berkisar Rp 250.000-Rp 350.000 per ekor.

Sejauh ini ia banyak memasok tikus belanda ke toko-toko hewan atau pet shop di Jakarta. Dalam sebulan, ia bisa menjual delapan ekor tikus belanda di Jakarta.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri