KONTAN.CO.ID - Barrick Gold Corporation kini menjadi perbincangan. Belum lama ini perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway, masuk menjadi pemegang sahamnya. Mengutip data dalam
website otoritas pasar modal Amerika Serikat, Securities and Exchange Comission atau SEC (www.sec.gov), Berkshire mendekap 20.918.701 saham Barrick senila US$ 563,55 juta. Barrick menjadi satu-satunya pendatang baru, dalam deretan portofolio efek milik Berkshire dengan kepemilikan di atas 10%, sepanjang tahun ini. Padahal, Berkshire pada saat yang sama sedang mengurangi kepemilikan saham di sejumlah emiten.
Sebut saja misalnya saham emiten penerbangan dan kargo, mulai dari American Airlines Group Inc, Delta Air Lines Inc, Southwest Airlines Co, dan United Continental Holdings Inc. Keempat entitas ini sudah tidak ada lagi dalam daftar portofolio Berkshire yang kepemilikan sahamnya di atas 10%. Di sektor emiten keuangan, nasib serupa mendera Goldman Sachs Group Inc dan Travelers Companies Inc. Padahal di akhir 2019, Berkshire masih memiliki 12.004.751 saham Goldman senilai US$ 2,76 miliar. Demikian juga dengan emiten cepat saji multinasional asal Kanada, Restaurant Brands International Inc (RBI), yang mulai memudar dari radar Berkshire. Padahal RBI merupakan pemilik
franchise Burger King, Tim Hortons dan Popeyes. Jika dihitung, pada akhir semester I-2020 daftar efek milik Berkshire dengan porsi di atas 10% susut menjadi 38 efek emiten, dibandingkan akhir 2019 sebanyak 49 efek. Hadirnya Berkshire di Barrick sepanjang kuartal II-2020, menyebabkan harga saham emiten pertambangan emas dan tembaga itu melejit ke level US$ 28,98 per saham hingga (19/8). Harga saham Barrick sebelumnya sempat amblas ke level US$ 15,67 pada medio Maret 2020. Di sisi lain, harga emas juga sukses terdongkrak menembus level psikologis US$ 2.000, di posisi US$ 2.018,90 per ons troi (18/8). Jika mengingat kembali pandangan Buffett selama ini terhadap aset emas, keberadaan Berkshire di Barrick menjadi perdebatan menarik. Pria berjuluk
Oracle of Ohama ini sempat menyebut emas merupakan aset tidak produktif karena hanya sebatas
safe haven.
Apabila saat ini Berkshire memutuskan membeli saham emiten pertambangan emas, apakah itu artinya Buffett sudah sedemikian khawatir terhadap prospek ekonomi global sehingga memutuskan membeli aset beraroma
safe haven? Penulis : Yuwono Triatmodjo Redaktur Pelaksana Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti