Ya, indeks Dow Jones Industrial Average di Wall Street telah meroket 2.400 poin sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat akhir 2016 lalu. Dan kini, indeks Dow berada dalam kenaikan beruntung terpanjang sejak 1987. Namun penguatan bursa yang begitu kencang – yang oleh pelaku pasar disebut sebagai Trump rally - tak membuat legenda pasar saham Warren Buffett kehilangan optimismenya. "Kita tidak sedang dalam kondisi pasar yang bubble atau hal semacam itu," kata miliarder tersebut kepada CNBC, Senin (27/2/2017). Kuncinya, tandas Buffett, adalah suku bunga tetap sangat rendah sehingga saham terlihat sebagai pilihan yang bagus. "Dibandingkan suku bunga, saham sebenarnya berada di sisi murah," kata Buffett. Tentu saja, ada risikonya bahwa suku bunga akhirnya naik. Apa lagi mengingat rencana Federal Reserve menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini, dan janji Trump merangsang ekonomi meskipun tingkat pengangguran rendah. "Jika suku bunga tujuh atau delapan persen, maka harga ini (saham) akan terlihat sangat tinggi," kata Buffett. Selama ini optimisme Buffett di bursa memang tepercaya. Tapi kali ini dukungannya pada saham datang saat muncul kekhawatiran bahwa rally Trump telah melaju terlalu jauh, terlalu cepat. Bukan hanya Dow yang berturut-turut mencetak rekor selama 11 hari terakhir, tetapi tiga indeks utama juga mencetak rekor. Pertanda lain dari dentuman optimisme di Wall Street adalah Indeks CNNMoney's Fear & Greed yang belakangan ini berkedip "keserakahan ekstrim". Saat ini juga sulit berargumen bahwa pasar saham murah. Salah satu cara umum menghargai pasar adalah membandingkan harga terhadap laba yang diproyeksikan. Dengan metrik itu, menurut Fact Sheet, Indeks S&P 500 diperdagangkan pada 17,7 kali proyeksi laba untuk 12 bulan ke depan, ini price to earning ratio (PER) tertinggi sejak Mei 2004. Tapi kuncinya, seperti kata Buffett, yield treasury berjangka 10 tahun hanya 2,33%. Yield sebesar itu, tidak hanya rendah secara historis, tapi juga turun banyak dari 2,6% pada pertengahan Desember 2016. Karena itulah, dari pada menunggu harga turun, Buffett dan Berkshire Hathaway(BRKA) masih melakukan aksi beli. Akhir tahun lalu, Berkshire masuk ke penerbangan, sebuah industri yang oleh Buffett dimasukkan sebagai kategori "perangkap kematian." Buffett mengungkapkan kepada CNBC, awal tahun ini Berkshire meningkatkan kepemilikan sahamnya di Apple (AAPL, Tech30) lebih dari dua kali lipat, dengan total nilai saham US$ 17 miliar. Buffett juga mengatakan, "Kami tidak berberniat menjual" kepemilikan jangka panjang Berkshire, termasuk Wells Fargo yang terkena skandal. Pada bulan November, Buffett mengatakan kepada CNN bahwa ia tidak menjual saham tunggal Wells Fargo (WFC) meskipun bank tersebut membuat "kesalahan besar" dengan menjadikannya tempat penyimpanan “orang-orang rusak." Tahun lalu, Wells Fargo ketahuan melakukan praktik ilegal secara diam-diam membuka rekening simpanan dan kartu kredit tanpa sepengetahuan dan persetujuan nasabahnya.
Buffett yakin bursa tak bubble dan masih murah
Ya, indeks Dow Jones Industrial Average di Wall Street telah meroket 2.400 poin sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat akhir 2016 lalu. Dan kini, indeks Dow berada dalam kenaikan beruntung terpanjang sejak 1987. Namun penguatan bursa yang begitu kencang – yang oleh pelaku pasar disebut sebagai Trump rally - tak membuat legenda pasar saham Warren Buffett kehilangan optimismenya. "Kita tidak sedang dalam kondisi pasar yang bubble atau hal semacam itu," kata miliarder tersebut kepada CNBC, Senin (27/2/2017). Kuncinya, tandas Buffett, adalah suku bunga tetap sangat rendah sehingga saham terlihat sebagai pilihan yang bagus. "Dibandingkan suku bunga, saham sebenarnya berada di sisi murah," kata Buffett. Tentu saja, ada risikonya bahwa suku bunga akhirnya naik. Apa lagi mengingat rencana Federal Reserve menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini, dan janji Trump merangsang ekonomi meskipun tingkat pengangguran rendah. "Jika suku bunga tujuh atau delapan persen, maka harga ini (saham) akan terlihat sangat tinggi," kata Buffett. Selama ini optimisme Buffett di bursa memang tepercaya. Tapi kali ini dukungannya pada saham datang saat muncul kekhawatiran bahwa rally Trump telah melaju terlalu jauh, terlalu cepat. Bukan hanya Dow yang berturut-turut mencetak rekor selama 11 hari terakhir, tetapi tiga indeks utama juga mencetak rekor. Pertanda lain dari dentuman optimisme di Wall Street adalah Indeks CNNMoney's Fear & Greed yang belakangan ini berkedip "keserakahan ekstrim". Saat ini juga sulit berargumen bahwa pasar saham murah. Salah satu cara umum menghargai pasar adalah membandingkan harga terhadap laba yang diproyeksikan. Dengan metrik itu, menurut Fact Sheet, Indeks S&P 500 diperdagangkan pada 17,7 kali proyeksi laba untuk 12 bulan ke depan, ini price to earning ratio (PER) tertinggi sejak Mei 2004. Tapi kuncinya, seperti kata Buffett, yield treasury berjangka 10 tahun hanya 2,33%. Yield sebesar itu, tidak hanya rendah secara historis, tapi juga turun banyak dari 2,6% pada pertengahan Desember 2016. Karena itulah, dari pada menunggu harga turun, Buffett dan Berkshire Hathaway(BRKA) masih melakukan aksi beli. Akhir tahun lalu, Berkshire masuk ke penerbangan, sebuah industri yang oleh Buffett dimasukkan sebagai kategori "perangkap kematian." Buffett mengungkapkan kepada CNBC, awal tahun ini Berkshire meningkatkan kepemilikan sahamnya di Apple (AAPL, Tech30) lebih dari dua kali lipat, dengan total nilai saham US$ 17 miliar. Buffett juga mengatakan, "Kami tidak berberniat menjual" kepemilikan jangka panjang Berkshire, termasuk Wells Fargo yang terkena skandal. Pada bulan November, Buffett mengatakan kepada CNN bahwa ia tidak menjual saham tunggal Wells Fargo (WFC) meskipun bank tersebut membuat "kesalahan besar" dengan menjadikannya tempat penyimpanan “orang-orang rusak." Tahun lalu, Wells Fargo ketahuan melakukan praktik ilegal secara diam-diam membuka rekening simpanan dan kartu kredit tanpa sepengetahuan dan persetujuan nasabahnya.