Building Tomorrow, Upaya Paradise Indonesia (INPP) Menjawab Tantangan Pariwisata



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kebanyakan orang mengenal kegiatan ekspor adalah aktivitas mengirim barang ke luar negeri, baik itu komoditas tambang, hasil laut, maupun perkebunan. Komoditas ini dikirim ke luar negeri yang akhirnya menjadi sumber pendapatan (devisa) negara.

Namun, ada satu aktivitas ekspor yang bisa dilakukan tanpa mengirim barang atau komoditas ke luar negeri, yang disebut invisible export atau ekspor yang tidak terlihat.

Invisible export adalah kegiatan memperoleh devisa tanpa mengirim barang ke luar negeri. Salah satu sumber invisible export adalah pariwisata. Suatu negara, akan mendapatkan devisa dari aktivitas wisata, tanpa mengurangi nilai dari barang tersebut.


Baca Juga: Indonesian Paradise Property (INPP) Optimistis Pendapatan Naik 20% di 2023 Tercapai

Contoh sederhananya adalah objek wisata Candi Borobudur. Indonesia akan mendapatkan devisa dari aktivitas turis asing yang mengunjungi Candi Borobudur, baik dari pembelian tiket, pembelian cinderamata, maupun dari penyewaan penginapan dan hotel di sekitar objek wisata.

Di sisi lain, value dari Candi Borobudur tidak berkurang sama sekali, alih-alih devisa yang dihasilkan untuk negara semakin bertambah. Inilah kelebihan dari invisible export yang dihasilkan sektor pariwisata, yakni bisa menghasilkan devisa berulang-ulang tanpa mengurangi value dari objek wisata.

Banyak negara yang kini menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. Tak usah jauh-jauh, sejumlah negara di Asia Tenggara contohnya. Sektor pariwisata di Thailand berkontribusi sekitar 5,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di negeri gajah putih tersebut.

Kontribusi pariwisata di negeri Jiran lainnya, yakni Singapura dan Malaysia, juga mulai tumbuh signifikan. Sektor pariwisata di Malaysia dan Singapura menyumbang masing-masing 4,1% dan 3,9% terhadap PDB.

Baca Juga: Indonesian Paradise Property (INPP) Bersalin Nama Menjadi Paradise Indonesia

Sementara di Indonesia, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian relatif masih kecil dibanding negara tetangga. Sektor pariwisata hanya menyumbang 2,4% terhadap PDB. Namun, minimnya kontribusi pariwisata menunjukkan sektor ini masih berpotensi berkembang ke depan.

Salah satu aspek pendukung sektor pariwisata sebagai invisible export adalah kualitas penginapan sebagai infrastruktur pendukung. Turis asing yang berwisata ke Indonesia membutuhkan infrastruktur penginapan yang memadai untuk memberi kesan yang positif bagi mereka.

Terlebih, tren libur tinggal alias staycation masih populer di lingkup turis asing, sehingga industri properti dan hospitality berperan cukup vital dalam ekonomi pariwisata.

Isu pembangunan berkelanjutan terkait dampak eksternalitas dari dampak aktivitas wisata, utamanya dari sisi lingkungan, juga masih menjadi sorotan.

Pembangunan hotel dan fasilitas pendukung wisata kerap kali dicap merusak lingkungan dan mengesampingkan keberlanjutan. Padahal, aspek keberlanjutan merupakan kunci utama dari pariwisata hijau (green tourism). 

Baca Juga: Indonesian Paradise (INPP) Optimistis Okupansi Hotel Capai 90% di Momen Nataru

Untuk itu, melalui #BuildingTomorrow, PT Indonesian Pradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia menjawab tantangan dan kebutuhan di sektor pariwisata sebagai sumber utama invisible export.

Sebagai pelopor dalam industri properti, Paradise Indonesia membangun dengan berkomitmen menciptakan properti dan komunitas dengan asas berkelanjutan.

Properti-properti yang dibangun Paradise Indonesia didasarkan pada inovasi terkini, nilai-nilai baru, dan praktik keberlanjutan sesuai dengan perkembangan tren properti dan masyarakat. Hal ini selaras dengan visi Paradise Indonesia untuk membangun masa depan yang penuh inovasi serta kehidupan berkelanjutan.

Salah satu implementasinya adalah pembangunan mall Beachwalk Bali yang dirancang dengan konsep terbuka dan go green.

Memiliki banyak taman hijau di atap bangunan dan dengan konsep open space, membuat sirkulasi udara di pusat perbelanjaan ini menjadi sejuk sehingga mengurangi penggunaan listrik untuk penyejuk ruangan.

Dalam pembangunan mall 23Semarang, Paradise Indonesia juga menawarkan konsep mall “retail-oasis” yang mengkombinasikan pusat perbelanjaan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang seimbang dengan ruang komersial.

Baca Juga: Sektor Perhotelan Pulih, Dongkrak Pendapatan Indonesia Paradise Property (INPP)

Melalui #BuildingTomorrow aspek iconic juga menjadi aspek utama Paradise Indonesia dalam membangun portofolio bisnisnya. Misalkan, dalam Pembangunan mall23 Semarang, Paradise Indonesia menggunakan fitur-fitur yang menggabungkan kekuatan elemen arsitektural dengan kondisi alam sekitarnya.

Di Keraton at The Plaza juga, pengunjung akan mendapatkan kamar dengan sentuhan keanggunan budaya Indonesia yang menjadi tema utama hotel ini.

Memasuki usia 21 tahun, Paradise Indonesia tidak hanya menjadi pengembang properti belaka. Paradise Indonesia menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Saat ini, Paradise Indonesia sudah memiliki 25 unit bisnis, dengan nilai kapitalisasi yang dikelola terus meningkat dan diperkirakan mencapai sekitar Rp Rp 6 triliun hingga Rp 7 triliun dengan total aset mencapai Rp 10 triliun.

Paradise Indonesia menaungi beberapa hotel ternama di Indonesia. Di Bali, yang merupakan tulang punggung pariwisata Indonesia, Paradise Indonesia memiliki dan mengelola Sheraton Bali Kuta Resort, Aloft Bali Kuta at Beachwalk, YELLO Kuta Beachwalk, Maison Aurelia Sanur, hingga Harris Hotel Tuban.

Baca Juga: Indonesia Paradise Property (INPP) & Bina Nusantara akan Bangun Mal Baru di Semarang

Sementara di wilayah Ibukota, Paradise Indonesia memiliki Grand Hyatt Jakarta, Keraton at The Plaza, hingga Harris Suite FX Jakarta.

Per akhir September 2023, Paradise Indonesia membukukan pendapatan senilai Rp 831,5 miliar, atau naik 53,8% secara year-on-year (YoY). Dari sisi bottomline, Paradise Indonesia membukukan laba bersih senilai Rp 155,24 miliar atau naik 636,05% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto