Buka Perbatasan, Arus Dana Asing ke Asia Tenggara Beralih ke China dan Asia Utara



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tren derasnya arus dana asing yang masuk ke pasar saham Asia Tenggara dalam satu tahun terakhir bakal segera berakhir. Kebijakan China membuka batas negara akan menarik dana global ke pasar saham negara itu dan Asia Utara yang lebih murah, mengutip Bloomberg, pada Kamis (5/1).

Analisis Posisi Reksadana Asia yang dilakukan oleh HSBC Holdings Plc menunjukkan bahwa para investor mengurangi portofolio di Indonesia dan Singapura. Lantaran telah memiliki bobot yang besar dan mulai meningkatkan alokasi ke pasar Taiwan, Hong Kong dan Korea Utara. 

Sebab, potensi penurunan pendapatan sektor teknologi memberi angin segar kepada pasar di kawasan Asia Utara ini. Akan tetapi, data Bloomberg menunjukkan investor asing masih melakukan pembelian bersih di pasar Vietnam dan Thailand pada Desember 2022 lalu. 


Baca Juga: Mengawali Tahun 2023, Bursa Asia Dibuka Turun

Memang tahun lalu, para investor lebih memilih pasar di kawasan Asia Tenggara. Terdapat berbagai faktor, termasuk mata uang lokal yang tangguh dan inflasi yang cukup terkendali. Padahal sebelum pandemi Covid-19, investor internasional hanya memiliki sebagian kecil portofolio dari kawasan ini.  

“Minat di China dan Asia Utara meningkat, sebagian karena pembukaan kembali China daratan. Kemungkinan aksi ini merupakan rebalancing dari dana yang telah ditempatkan di kawasan Asia Tenggara,” kata Herald van der Linde, kepala strategi ekuitas Asia di HSBC.

Peralihan dari Asia Tenggara akan mengakhiri beberapa rekor arus masuk tahun lalu. Baik Indonesia dan Thailand  membukukan pembelian saham asing tertinggi sepanjang masa. Terbantu oleh meroketnya harga komoditas dan kebangkitan pariwisata. 

Asing juga membeli ekuitas Malaysia secara bersih setelah empat tahun, sementara Vietnam mengalami aliran masuk tertinggi sejak 2018.

Sementara ekonomi Asia Tenggara tetap tangguh mengalami pertumbuhan meskipun dihantam Covid-19. Akan tetapi, tekanan inflasi yang berkelanjutan dan permintaan global yang melambat dapat mengancam prospek pertumbuhan pada tahun 2023.

Baca Juga: Bursa Saham Global Melempem Sepanjang 2022, Ini Penyebabnya

Manufaktur di kawasan ini masih berada di bawah tekanan karena aktivitas terus berkontraksi dan kecuali Thailand yang didorong oleh peningkatan pariwisata. Selain itu, produk domestik bruto riil diperkirakan akan melambat di seluruh Asia Tenggara tahun ini.

Perlambatan ekonomi dunia terutama akan merugikan saham di Vietnam yang menjadi eksportir utama di kawasan itu. Ini menjadi pertanda buruk bagi kinerja mata uang Dong Vietnam (VND) yang merupakan salah satu pemain dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun 2022.

“VND masih cukup mahal berdasarkan nilai tukar efektif nyata dan menurut saya prospek umum prospek ekonomi tahun ini terlalu optimis,” kata Miguel Chanco, kepala ekonom Asia yang sedang berkembang di Pantheon Macroeconomics Ltd.

Editor: Herlina Kartika Dewi