Buka usaha berbekal kursus dari Korea (2)



Tidak banyak pebisnis di sektor industri kreatif seperti Vina Kurniasih yang mau memproduksi boneka secara manual alias menggunakan tangan (handmade). Maklum saja, proses pembuatannya memang terbilang memakan waktu lebih lama.

Namun bagi Vina, memproduksi boneka handmade merupakan kepuasan tersendiri lantaran hasil produknya terlihat lebih asli dan rapi.  Selain itu, Vina beralasan,  saat ini sudah jarang produk boneka sejenis yang dibuat dengan tangan.

Sebelum menggeluti bisnis ini tahun 2012, Vina sebenarnya sudah menjalani bisnis wedding organizer. Namun, bergelut di bisnis ini membuatnya sering meninggalkan keluarga di akhir pekan. Oleh sebab itu, dia akhirnya memutuskan untuk menutup usahanya tersebut dan memulai bisnis baru yang waktunya lebih fleksibel, yakni berjualan boneka.


Vina mengaku mendapatkan keterampilan membuat boneka ketika dia sempat menetap di Korea. Vina lumayan sering berpindah tempat tinggal karena mengikuti perjalanan dinas sang suami. Di Negeri Ginseng tersebut, dia sempat mengikuti kursus industri kreatif untuk mengisi waktu luang. "Boneka di sana lucu-lucu dan cantik," katanya.

Sepulang dari Korea Vina  sudah memiliki kemampuan membuat boneka. Akhirnya di tahun 2012 Vina mulai memberanikan diri untuk membuka bisnis boneka Lovely Doll. Dengan modal awal Rp 700.000, dia membuat sebanyak 10 boneka yang dipamerkan di acara sekolah anaknya.

Ternyata respons konsumen cukup positif. Vina mulai mendapatkan pesanan. "Awalnya dari pesanan sepuluh boneka menjadi dua puluh pesanan dan terus naik," jelasnya.

Untuk meminimalisir modal yang harus dia keluarkan, awalnya Vina hanya memproduksi boneka sesuai dengan jumlah pesanan. Lama kelamaan, bisnis bonekanya terus berkembang. Tidak hanya menjual untuk mainan anak-anak, dia juga mendapatkan pesanan boneka untuk suvenir pernikahan.

Seiring dengan permintaan yang makin banyak, wanita berusia 45 tahun itu merasa harus mencari karyawan untuk membantunya. Ternyata mencari tenaga kerja dirasa cukup sulit. Dia harus mencari ibu-ibu rumah tangga yang bersedia bekerja untuknya.

Vina juga masih harus membimbing dan mengajari mereka untuk membuat boneka. "Kebanyakan dari mereka lebih suka untuk bekerja di pabrik," kata wanita yang pernah bekerja di industri perbankan ini.  

Saat ini Vina telah memiliki 15 orang pegawai. Selain itu, dia juga menjalin kerjasama dengan para penjahit. Untuk memperluas pasar, dia membuka kerjasama usaha dengan sistem keagenan. Agen hanya perlu membeli 10 boneka untuk menjadi agennya. Awalnya agen yang bergabung hanya sekitar empat agen. Setelah dia ikut pameran kerajinan tangan di Jakarta awal tahun ini, agennya mulai bertambah menjadi 15 agen.

Dia juga gencar melakukan promosi di media digital untuk memperbesar pangsa pasar. Saat ini dia sedang membenahi situs resminya  untuk memudahkan pembeli berbelanja secara online.       n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini