Bukalapak Tutup Lapak Marketplace, Ini Dampaknya ke Persaingan E-Commerce Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri e-commerce dikejutkan oleh isu penghentian bisnis marketplace yang dilakukan oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Peristiwa ini berpotensi mengubah peta persaingan e-commerce di Indonesia pada masa mendatang.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, e-commerce di Indonesia saat ini terdiri dari tiga layer besar yang selisih pangsa pasarnya cukup jauh. 

Layer pertama diisi oleh dua besar e-commerce yakni Shopee dan Tokopedia-TikTok. Sebelum adanya merger antara Tokopedia dan TikTok Shop, layer pertama ini praktis dikuasai oleh Shopee dan Tokopedia saja. 


“Merger Tokopedia dengan TikTok membuat persaingan cukup sengit dengan Shopee, terlebih mereka juga masih cukup kuat untuk bakar uang,” ujar dia, Rabu (8/1).

Baca Juga: Masih Berkembang Pesat, iDEA Proyeksi Ecommerce Indonesia Tumbuh 20% - 25%

Berikutnya, layer kedua diisi oleh middle platform seperti Blibli.com, Lazada, dan Bukalapak. Sebelum merger dengan Tokopedia, TikTok Shop masih berada di layar ini. Lantas, jika memang Bukalapak menutup lapak marketplace-nya, tentu e-commerce yang ada di layer kedua hanya terdiri atas blibli.com dan Lazada saja. Adapun layer ketiga pasar e-commerce nasional diisi oleh platform-platform kecil.

Huda menyebut, saat ini sangat sulit bagi e-commerce layer kedua untuk mengganggu dominasi Shopee dan Tokopedia-TikTok. Kedua platform ini mampu bersaing dalam dua aspek, yakni inovasi dan bakar uang.

Sebagai contoh, inovasi yang dilakukan Shopee dan Tokopedia-TikTok adalah pengembangan fitur Live Shopping yang sangat digandrungi oleh banyak konsumen maupun penjual. Di sini, Shopee cukup digdaya berkat hadirnya fitur Shopee Live Streaming dan Shopee Video. Terbaru, Shopee juga masuk ke dalam ekosistem YouTube yang memudahkan mereka dalam memasarkan produk melalui video dan live streaming. Di sisi lain, Tokopedia sangat terbantu berkat ekosistem live streaming TikTok sebagai media sosial.

Baik Shopee dan Tokopedia-TikTok juga masih gencar membakar uang melalui beragam promo belanja dan ongkos kirim untuk menarik konsumen lebih banyak. “Tidak dapat dimungkiri, konsumen Indonesia masih sangat berorientasi dengan harga. Harga menjadi daya tarik utama dalam berbelanja online,” terang dia.

Berkaca pada kasus di Bukalapak, hal ini semakin mengindikasikan bahwa inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce masih menjadi cara utama untuk bertahan. Huda menilai, Bukalapak justru tidak lagi mendapatkan banyak pendanaan segar seusai IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bukalapak disebut lebih fokus pada pengembangan mitra Bukalapak dalam beberapa tahun terakhir. “Akhirnya, mereka memilih menutup layanan e-commerce-nya,” tandas dia.

Dihubungi terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Dimas Bayu mengatakan, layanan marketplace Bukalapak masih tetap beroperasi seperti biasa. Di sisi lain, Bukalapak akan menghentikan layanan produk fisik secara bertahap hingga Februari 2025 mendatang.

“Ke depannya kami hanya berfokus pada layanan produk virtual di platform marketplace kami guna memperkuat posisi di ekosistem produk virtual dan memberikan layanan terbaik kepada pengguna di industri digital,” pungkas dia, Rabu (8/1).

Baca Juga: Mulai 9 Februari, Bukalapak Fokus Jual Produk Virtual Seperti Pulsa dan Token Listrik

Selanjutnya: Cara Cek Nomor Porsi Haji dan Kuota Per Provinsi Keberangkatan 2025

Menarik Dibaca: Hujan bakal Sering Turun di Daerah Ini, Cek Prakiraan Cuaca Besok (9/1) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati