KONTAN.CO.ID - Untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis konsep Merdeka Belajar. Konsep ini diterapkan untuk seluruh jenjang pendidikan, termausk PAUD. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Merdeka Belajar berarti Merdeka Bermain. Bersumber dari unggahan di
Instagram resmi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbud (03/11/2020), untuk siswa PAUD, bermain adalah belajar.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud Iwan Syahril, saat memberikan sambutan
webinar bertema "Stimulasi Fisik Motorik untuk Anak Usia Dini." “Dalam konteks pendidikan anak usia dini, Merdeka Belajar itu adalah Merdeka Bermain. Karena bermain adalah belajar. Nah ini merupakan sebuah tema yang penting untuk anak usia dini yang harus terus kita kuatkan, karena kita ingin melawan miskonsepsi-miskonsepsi untuk anak usia dini,” jelas Iwan Syahril, dikutip dari
Instagram Ditjen GTK.
Tidak fokus pada calistung
Selama ini masyarakat beranggapan pembelajaran membaca, menulis, berhitung (calistung) terfokus di PAUD. Hal ini merupakan miskonsepsi karena ilmu PAUD harus lebih menguatkan aspek integratif. Ilmu pendidikan anak usia dini lebih fokus pada bermain dibanding calistung. Iwan Syahril, dikutip dari laman resmi Ditjen GTK (29/10/2020), mengajak masyarakat menengok filosofi dari Ki Hajar Dewantara. Dari filosofi ini, masyarakat bisa menggunakannya sebagai referensi penerapan Merdeka Belajar pada PAUD.
Baca Juga: 5 Website ini bisa dipakai untuk belajar bahasa Inggris secara gratis Filosofi Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa anak merupakan hal penting dalam proses pendidikan. “Ki Hajar kan menggunakan kata-kata taman ya, Taman Siswa, Taman Guru, karena beliau melihat proses pendidikan itu bukan hanya PAUD, tapi secara umum itu adalah sebuah tempat yang menyenangkan,” terang Dirjen GTK.
Miskonsepsi mengenai pendidikan adalah tanggung jawab sekolah semata juga ikut dibedah. Idealnya, pendidikan sekolah merupakan kolaborasi antara orang tua dan komunitas. Mereka berkolaborasi untuk mendampingi anak dan bukan hanya tanggung jawab sekolah semata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News