KONTAN.CO.ID - Kenaikan kasus positif Covid-19 di beberapa daerah melonjak cukup tajam. Tingginya angka pasien positif virus Corona menyebabkan banyak rumah sakit kehabisan ruang perawatan. Menurut data dari laman
covid19.go.id, per tanggal 21 Juni 2021, angka positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 2.004.445 jiwa. Untuk angka pasien sembuh sebanyak 1.801.761, dan pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebanyak 54.956 jiwa. Tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian baru saja, melainkan ditambah masyarakat mulai abai dengan protokol kesehatan.
Menurut Bayu Satria Wiratama, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), masyarakat mulai lalai dalam melakukan prokes seperti mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas. Selain masyarakat yang abai, pemerintah juga dianggap kurang maksimal dalam menerapkan 3T yaitu
testing, tracing, dan
treatment. “Kenaikan wajar karena 3T kurang dan masyarakatnya abai sama 5M,” jelas Bayu Satria seperti dilansir dari laman
UGM.
Kasus positif Covid-19 naik, PPKM perlu dievaluasi
Kenaikan angka pasien positif Covid-19 membuat kebijakan memberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) perlu dievaluasi kembali terlebih masyarakat yang semakin tidak patuh dengan prokes. Bayu Satria menyampaikan jika perpanjangan PPKM tidak dibarengi dengan evaluasi, tidak akan diketahui penyebab gagalnya PPKM mikro. "Selain masalah 5M yang tidak dijalankan masyarakat, ada peran pemerintah yang kurang disana terutama soal lawan hoaks dan orang-orang yang suka menyebarkan informasi salah,” tegasnya.
Baca Juga: Daftar formasi CPNS 2021 tenaga kesehatan yang wajib melampirkan STR Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara juga menunjukkan kenaikan angka positif Covid-19. Meskipun demikian, hal tersebut tidak bisa menjadi alasan karena kondisi Indonesia berbeda dengan negara lain. Pemerintah yang tidak solid sejak awal, 3T yang tidak merata dan cenderung kurang di banyak daerah menjadi beberapa sebab kasus Covid-19 di Indonesia meningkat. Hal tersebut juga ditambah dengan masyarakat yang sering abai dengan prokes 5M.
Varian baru dan pelanggaran prokes jadi penyebab tingginya kasus Covid
Bayu Satria, seperti bersumber dari laman UGM, menilai jika kombinasi dari masuknya varian Covid-19 yang baru dan pelanggaran prokes menjadi faktor utama tren kenaikan Covid-19 di Indonesia. Artinya varian baru tidak 100 persen menyumbangkan penambahan angka positif virus Corona di Indonesia. Pelanggaran prokes terus-menerus ditambah varian baru menjadi penyebab banyak masyarakat yang terserang virus ini.
Dia juga menambahkan jika kebijakan
lockdown atau kebijakan lainnya sebaiknya tidak diambil secara terburu-buru oleh pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan penting untuk diambil setelah mempertimbangkan data yang jelas. Bayu menegaskan jika harus ada dasar yang jelas dari data maupun hal lainnya termasuk juga dari aspek epidemiologi. Pada kenyataannya banyak sekali kebijakan diambil tanpa pertimbangan yang jelas namun kemudian tidak pernah ada evaluasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News