KONTAN.CO.ID - Jakarta. Bukan sembarang objek, benda langit yang satu ini dikatakan sebagai asteroid sekaligus objek. Objek di tata surya yang diberi nama 2005 QN173 ini mengorbit seperti asteroid pada umumnya, tetapi memiliki ekor yang panjang dan tipis. Belum lama ini para ilmuwan dikejutkan dengan temuan terbarunya terkait objek di tata surya yang memiliki ciri-ciri serupa dengan asteroid dan komet. Mengutip dari
Space, objek tersebut diketahui bernama 2005 QN173 dan mengorbit seperti asteroid pada umumnya. Berbeda dengan asteroid yang kerap kali ditemukan, lewat penemuan terbarunya, 2005 QN173 ini menumpakhkan debu saat bergerak dan memiliki ekor pajnang dan tipis.
Hal tersebut menunjukkan bahwa asteroid ini ditutupi dengan bahan es yang menguap ke luar angkasa, meskipun komet biasanya mengikuti jalur elips yang secara teratur mendekati dan mundur dari matahari. Ini sesuai dengan definisi fisik sebuah komet, karena kemungkinan berbentuk es dan mengeluarkan debu ke luar angkasa, meskipun ia juga memiliki orbit asteroid," demikian yang ditulis oleh Henry Hsieh selaku ilmuwan planet di Institut Sains Planet. "Dualitas dan kaburnya batas antara apa yang sebelumnya dianggap sebagai dua jenis objek yang benar-benar terpisah, asteroid dan komet merupakan bagian penting dari apa yang membuat objek ini begitu menarik," tambahnya. Terlepas dari karakteristiknya yang mirip komet, orbit objek ini pasti seperti asteroid. Diam-diam, objek tersebut mengelilingi matahari di bagian terluar sabuk asteroid yang letaknya berada di antara Mars dan Jupiter. Kabarnya, objek tersebut beprutar sekali setiap 5 tahun atau lebih.
Baca Juga: Mirip film Armageddon, NASA kirim misi untuk membelokkan asteroid Dalam temuan terbarunya musim panas ini, para astronom melihat data yang dikumpulkan oleh survei Asteroid Terrestrial-Impact Last Alert System (ATLAS) di Hawaii pada 7 Juli memperhatikan bahwa objek itu memiliki ekor. Hal tersebut muncul dalam pengamatan tambahan yang dilakukan oleh teleksop di Objservatorium Lowell di Arizona. Beranjak dari situ, para ilmuwan kemudian memeriksa pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh fasilitas lain, dan melihat ekornya lagi dalam gambar yang dikumpulkan pada 11 Juni lalu oleh Zwicky Transient Facility di California. Dalam pengamatan tersebut, objek itu menjauh dari matahari, seteah melakukan pendekatan terdekatnya. Peristiwa tersebut disebut perihelion yang terjadi pada 14 Mei lalu. Sementara itu, ilmuwan lain juga melihat melalui pengamatan 2005 QN173 yang dikumpulkan oleh Dark Energy Camera pada Juli 2016 lalu, terakhir kali objek tersebut di sekitar perihelion. Mengejutkan, di sini mereka juga melihat ekor yang muncul pada objek tersebut. Aktivitas di sekitar perihelion cocok dengan profil komet, di mana peningkatan panas dari matahari mengubah es beku menjadi gas. Proses yang satu ini dikenal sebagai sublimasi. Secara harfiah, komet biasa menghabiskan sebagian besar waktunya cukup jauh dari matahari agar aktivitasnya dibekukan.
Dari setengah objek yang telah diperiksa para ilmuwan di sabuk asteroid, ini merupakan objek kedelapan yang telah dikonfirmasi oleh para ilmuwan telah aktif beberapa kali. Objek yang satu ini juga salah satu dari hanya 20 yang diduga "komet sabuk utama". Berdasarkan penelitian yang telah dikumpulkan antara tahun 2004-2020, hasil yang telah ditemukan menunjukkan bahwa inti atau kepala komet memiliki lebar sekitar 2 mil (3,2 kilometer). Sementara itu, dalam pengamatan terbaru sejak Juli-Agustus ini, terungkap panjang ekor objek tersebut. Objek ini memliki ekor yang membentang sepanjang 450.000 mil (720.000 kilometer), sedikit kurang dari dua kali jarak Bumi - Bulan. Para ilmuwan juga telah memprediksi bahwa objek tersebut dapat dilihat dari bumi selatan dan juga mencapai jarak dari matahari yang membuatnya menjadi aktif kembali pada Februari 2026.