Bukan suku bunga acuan, ini instrumen yang paling efektif genjot ekonomi menurut BI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih menimbang ruang penurunan suku bunga ke depan, setelah kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,00% pada bulan ini. 

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, ada beberapa pertimbangan terkait hal ini, seperti, pola pemulihan perekonomian ke depan, pergerakan inflasi, juga bagaimana respons dari kebijakan penurunan suku bunga selama ini. 

Baca Juga: Ekonom sebut Indonesia harus bersiap diri dari ancaman resesi


"Ingat! Di masa-masa pandemi ini kita betul-betul harus update. Kita harus cermati data-data terbaru untuk update lagi berbagai perkembangan yang ada," kata Perry, kamis (16/7) via video conference. 

Perry menambahkan, dalam situasi saat ini, instrumen yang paling efektif dalam upaya pemulihan ekonomi adalah jalur kuantitas, yaitu dari aspek likuiditas dan pendanaan. 

Dari sisi likuiditas, Perry melihat kebijakan quantitative easing (QE) yang bisa menjadi tumpuan. Meski begitu, Perry mengaku kalau QE ini masih tertahan di perbankan. Untuk itu, ia akan mendesak agar program restrukturisasi perbankan bisa lebih cepat. 

Dari sisi pendanaan, BI sudah membantu memikul beban (burden sharing) pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Hal ini dilakukan agar pemerintah bisa lebih fokus dalam melakukan percepatan penyerapan anggaran. 

"Langkah-langkah ini yang akan kami optimalkan. Insya Allah akan lebih efektif dalam mendorong ekonomi," tandasnya. 

Baca Juga: BI isyaratkan burden sharing berpotensi mengerek inflasi tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi