KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing tercatat menjauhi pasar Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang tahun ini. Hal ini tercermin dari aliran dana investor asing di pasar SBN yang justru mengalami
outflow. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per 3 November jumlah kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 934,41 triliun. Jika dihitung secara
year to date, telah terjadi
outflow sebesar Rp 39,5 triliun. Bahkan, dalam seminggu terakhir, aliran dana investor asing yang keluar mencapai Rp 15,79 triliun. Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengungkapkan, selain nominal yang turun, porsi kepemilikan asing juga turun. Saat ini porsi asing hanya sebesar 21,24%, turun dalam dibanding sebelum pandemi Covid-19 yang bisa mencapai 35%-40%.
Baca Juga: Jelang pengumuman GDP, simak proyeksi IHSG untuk perdagangan Jumat (4/11) Menurut David, faktor
tapering yang resmi akan mulai dilakukan pada November tidak memiliki andil besar atas terjadinya
outflow ini. Dia meyakini hal ini lebih dikarenakan investor asing yang sedang
risk-off dan mengalihkan dananya ke
safe haven seperti US Treasury. “Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di semua
emerging markets. Artinya investor asing memang sedang menahan diri dan cenderung khawatir, mereka masih mencermati seperti apa prospek pemulihan ekonomi di negara berkembang,” kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (4/11). Lebih lanjut, ia meyakini belum adanya pemulihan ekonomi yang
sustainable dalam jangka pendek di berbagai negara berkembang membuat investor asing
risk-off. Apalagi, kasus Covid-19 di Eropa dan China mulai naik lagi. Oleh karena itu, dalam satu atau dua bulan ke depan, diekspektasikan belum akan ada perubahan yang berarti pada aliran dana investor asing.
Baca Juga: Rupiah berpotensi menguat jika ekonomi kuartal ketiga 2021 tumbuh di atas 3% David juga mengatakan investor domestik tak perlu khawatir dengan hal ini. Walaupun dari sisi portofolio terjadi
outflow, namun neraca perdagangan Indonesia masih positif bahkan bisa surplus ke kisaran US$ 30 miliar hingga akhir tahun. Selain itu, indikator ekonomi Indonesia juga berada dalam jalur yang tepat untuk pulih ke depannya. Namun,
outlook yang lebih baik akan terlihat pada tahun depan ketika aktivitas ekonomi Indonesia terus membaik. Hal ini juga didukung dengan proyek strategis nasional yang masih berlanjut, kenaikan harga komoditas yang akan membantu pemulihan pertumbuhan ekonomi, hingga konsumsi nasional dan investasi langsung yang juga meningkat. “Apalagi, investor asing pada akhir tahun akan melakukan
reprofiling dan alokasi aset ke
emerging markets, jadi ini hanya menunggu momentum aja sebelum investor asing kembali masuk. Apalagi, secara
yield, SBN kita ini menarik,” imbuh David.
Baca Juga: Ini sentimen yang mempengaruhi pelemahan rupiah pada hari ini (4/11) David menyebut, sebenarnya porsi kepemilikan asing sebagai sesuatu yang dilematis. Ketika porsinya tinggi, aliran dana masuk akan memberi dampak positif ke Indonesia, tapi sekaligus meningkatkan risiko volatilitas. Ketika asing keluar-masuk, rupiah akan terpukul dan bisa merembet ke berbagai indikator lainnya.
Oleh karena itu, ia meyakini porsi kepemilikan asing yang ideal adalah sebesar 20%-25%. Hanya saja, ini memberikan tantangan bagi pasar domestik untuk bisa menjaga pasar SBN. “Jadi, keterlibatan investor domestik perlu didorong, khususnya di luar kelompok perbankan. Seperti asuransi, dana pensiun, hingga manajer investasi,” tutup David.
Baca Juga: Tapering resmi dimulai, pasar SBN dinilai tidak akan kena dampak signifikan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati