Bukit Asam menyulap batubara



JAKARTA. Sim salabim: batubara keras pun mencair. Bisnis pengolahan batubara itulah yang akan dilakoni PT Bukit Asam Tbk. Perusahaan ini berniat masuk ke bisnis pencairan batubara cair serta menaikkan kadar kalori batubaranya. Kiat ini bertujuan menyiasati kelesuan bisnis batubara saat ini.

Achmad Sudarto, Direktur Keuangan PT Bukit Asam Tbk menjelaskan, untuk mewujudkan rencana ini, Bukit Asam menggandeng Ignite Energy yang memiliki teknologinya. Perlu diketahui, Ignite Energy adalah perusahaan yang memiliki teknologi coal liquefaction atawa pencairan batubara. Perusahan asal Negeri Kanguru itu juga memiliki teknologi untuk meningkatkan kalori olahan batubara.

Nah, Bukit Asam akan membeli lisensi teknologi milik Ignite Energy. Perusahaan berkode PTBA di Bursa Efek Indonesia tersebut akan memakai teknologi yang dibeli untuk mengonversi batubara berkalori rendah menjadi batubara berkalori tinggi dan memproduksi oli sintetik.


Manajemen Bukit Asam percaya peningkatan kualitas batubara dan produksi olahan itu akan membikin mereka mengantongi pendapatan yang lebih besar. Dus, ini bisa menjadi jawaban atas tantangan yang perusahaan itu hadapi yakni harga batubara dunia yang sedang lesu dan permintaan yang menyusut.

Tentu saja Bukit Asam tak bisa mendapatkan lisensi teknologi itu secara cuma-cuma. Menurut Achmad Sudarto, Direktur Keuangan PT Bukit Asam Tbk, Perusahaan plat merah ini akan menginvestasikan dana sekitar A$ 40 juta-A$ 50 juta untuk pengembangan teknologi energi itu. Setelah mampu menyerap teknologi Ignite Energy, Bukit Asam berencana membangun pabrik berteknologi lebih canggih itu di tanah air.

Perusahaan tersebut menargetkan pabrik tersebut bisa beroperasi pada tahun 2017. Namun server teknologi itu masih berada di Australia. Bukit Asam mengangankan pabrik tersebut berkapasitas 40 ton 50 ton pulverized coal injection system (PCI), atau batubara berkalori tinggi. Pabrik tersebut juga akan memproduksi oli sintetik.

Achmad menyebutkan, harga rata-rata batubara berkalori tinggi adalah US$ 80 per metrik ton. "Marginnya akan luar biasa, sementara harga batubara biasa saat ini, kan murah," ujar dia Senin (3/8).

Berharap pertumbuhan

Sebagai perbandingan, harga kontrak batubara di pasar Newcastle Senin (3/8) untuk pengiriman September 2015 di Bloomberg adalah US$ 58,6 per metrik ton. Harga itu sudah susut 2,49% jika dibandingkan dengan harga kontrak batubara akhir tahun lalu yakni US$ 60,10 per metrik ton.

Selain itu, Bukit Asam juga berencana mengembangkan pabrik coal bed methane (CBM) atawa gas metana batubara. Bukit Asam merancang merancang pabrik pengolah CBM itu kelak bisa memproduksi 20 cubic meters to cubic feet (CCMF) per hari. Target penyelesaian pabrik itu tahun 2018 atau 2019.

Untuk mengembangkan pabrik CBM itu, Bukit Asam berkongsi dengan perusahaan asal Australia Dart Energy International Pte Ltd. Bukit Asam mengucurkan dana sekitar US$ 15 juta per tiga tahun. Dengan kata lain, biaya investasi pengembangan pabrik itu adalah US$ 5 juta.

Di luar ekspansi bisnis baru, Bukit Asam memprediksikan kinerja mereka sepanjang tahun ini tak akan agresif. Alasan mereka, harga batubara dunia masih akan stagnan. Meskipun begitu, Bukit Asam berharap ada sedikit pertumbuhan di semester II-2015 ini ketimbang semester I-2015. "Margin memang mengalami penurunan tapi kami melihat kinerja semester II-2015 akan lebih baik dibandingkan semester I/2015," harap Achmad Sudarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie