KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) akan membidik potensi Wilayah Usaha PT Krakatau Chandra Energi (KCE) yang merupakan satu-satunya penyedia listrik di Wlayah Usaha Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).
Maka itu, PTBA melalui PT Bukit Energi Investama menandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Krakatau Chandra Energi untuk melaksanakan rencana kerja sama pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan bidang usaha jasa ketenagalistrikan lainnya. Kesepakatan ini diteken pada 16 Januari 2024 lalu.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Niko Chandra mengatakan lewat nota kesepahaman ini, kedua perusahaan akan membuat skema kerja sama yang akan diatur lebih lanjut.
“Kedua belah pihak sepakat untuk membentuk Tim Bersama untuk membahas lebih lanjut rencana kerja sama tersebut. Tim ini akan melakukan kajian secara komprehensif,” ujarnya kepada
Kontan.co.id. Senin (5/1).
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Gandeng Krakatau Chandra Energi Jajaki Sinergi Pengembangan PLTS Niko menjelaskan, Krakatau Chandra Energi merupakan satu-satunya penyedia listrik di Wilayah Usaha Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) sehingga potensi pemanfaatan energi terbarukannya akan sangat besar.
Secara umum, Bukit Asam yakin pemanfaatan energi terbarukan akan semakin masif di Indonesia sehingga ongkos pembangunannya bakalan lebih efisien. Maka itu upaya diversifikasi ke bisnis energi hijau akan semakin dipacu.
Rencana PTBA juga selaras dengan transisi energi yang dilakukan seluruh dunia, di mana Indonesia mengikuti jejak dunia dengan membidik target nol emisi atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.
Saat ini PTBA telah menggarap sejumlah bisnis EBT yang kebanyakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Beberapa proyek pembangkit matahari ini akan dikembangkan di lahan bekas tambang milik Bukit Asam.
Baca Juga: 7 Saham Didepak dari IDX High Dividen20, Ini Alasannya Niko mengemukakan, PTBA memiliki sejumlah lahan bekas tambang yang sedang dijajaki pemanfaatannya untuk pengembangan PLTS. Di antaranya adalah lahan pasca tambang Ombilin (Sumatra Barat), Tanjung Enim (Sumatra Selatan), dan Bantuas (Kalimantan Timur). Potensi PLTS di masing-masing lahan tersebut mencapai 200 Megawatt-peak (MWp).
Selain di lahan bekas tambang, Niko bilang pemanfaatan energi surya ini juga dijajaki bersama dengan pihak lain.
PTBA sejauh ini telah membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) dan beroperasi penuh sejak Oktober 2020. PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).
Selain itu, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022.
PTBA saat ini juga sedang mendalami peluang pengembangan EBT berbasis hidrogen, baik untuk kebutuhan sendiri maupun mendukung penguatan kebutuhan kemitraan dalam sistem rantai bisnis transportasi dan produksi PTBA di masa depan.
Baca Juga: Jelang Akhir Kekuasaan Jokowi, Proyek Hilirisasi Batubara Masih Jalan di Tempat Diversifikasi Bisnis EBT Diperluas Penjajakan kerja sama dengan berbagai pihak pun dilakukan untuk mendorong pengembangan teknologi di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Di antaranya melalui kolaborasi dengan Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) dan berbagai perguruan tinggi.
“Kami sangat peduli dengan isu perubahan iklim dan siap berkontribusi agar target
net zero emission pada 2060 dapat tercapai. PTBA telah memiliki peta jalan manajemen karbon hingga 2050,” kata Niko.
Program-program dekarbonisasi akan terus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan di setiap lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung kebijakan Pemerintah yang mendorong transisi menuju energi bersih. “Perusahaan saat ini tengah memperluas diversifikasi melalui berbagi pengembangan bisnis energi. Pada tahun 2024, PTBA akan menjajaki berbagai peluang bisnis EBT dalam upaya mewujudkan transformasi menjadi perusahaan energi. Targetnya pada 2030 pendapatan dari bisnis energi, termasuk EBT, mencapai 30 persen dari total pendapatan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati