KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek gasifikasi batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih terus bergulir. Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, pabrik ini ditargetkan mulai berproduksi komersial pada tahun 2025 dengan konsumsi batubara sekitar 6 juta ton per tahun yang akan disuplai oleh PTBA. Pabrik ini akan menghasilkan 1,4 juta ton dymethil ether (DME) per tahunnya. Adapun PTBA telah memutuskan untuk membangun pabrik gasifikasi ini di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Salah satu pertimbangannya adalah, Tanjung Enim dinilai lebih efisien dari sisi infrastruktur dan kalori batubara yang tersedia. “Sehingga, belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) nya jauh lebih hemat di Tanjung Enim,” terang Arviyan saat paparan kinerja secara virtual, Rabu (30/9). Sebelumnya, PTBA juga mempertimbangkan Peranap, Riau, sebagai lokasi gasifikasi ini. Hadirnya pabrik gasifikasi ini, lanjut Arviyan, akan mengurangi ketergantungan impor liquefied petroleum gas (LPG) yang selama ini membebani neraca perdagangan Indonesia. Sebab, DME yang dihasilkan Bukit Asam akan bertindak sebagai subitisi LPG, yang diketahui sampai saat ini 70% industri dan rumah tangga domestik masih menggunakan LPG sebagai bahan bakar.
Bukit Asam (PTBA): Gasifikasi batubara bisa bantu menekan impor LPG
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek gasifikasi batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih terus bergulir. Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, pabrik ini ditargetkan mulai berproduksi komersial pada tahun 2025 dengan konsumsi batubara sekitar 6 juta ton per tahun yang akan disuplai oleh PTBA. Pabrik ini akan menghasilkan 1,4 juta ton dymethil ether (DME) per tahunnya. Adapun PTBA telah memutuskan untuk membangun pabrik gasifikasi ini di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Salah satu pertimbangannya adalah, Tanjung Enim dinilai lebih efisien dari sisi infrastruktur dan kalori batubara yang tersedia. “Sehingga, belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) nya jauh lebih hemat di Tanjung Enim,” terang Arviyan saat paparan kinerja secara virtual, Rabu (30/9). Sebelumnya, PTBA juga mempertimbangkan Peranap, Riau, sebagai lokasi gasifikasi ini. Hadirnya pabrik gasifikasi ini, lanjut Arviyan, akan mengurangi ketergantungan impor liquefied petroleum gas (LPG) yang selama ini membebani neraca perdagangan Indonesia. Sebab, DME yang dihasilkan Bukit Asam akan bertindak sebagai subitisi LPG, yang diketahui sampai saat ini 70% industri dan rumah tangga domestik masih menggunakan LPG sebagai bahan bakar.