Bukit Asam (PTBA) Genjot Pengembangan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus menambah jajaran pembangkit energi terbarukan dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Apollonius Andwie mengatakan ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan terus bergulir.

Salah satu wujud pengembangannya yakni PTBA bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk bekerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di jalan tol Jasa Marga Group. Hal ini ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pada 2 Februari 2022.


Selain itu, lanjut Apollo, salah satu wujud implementasi dari penandatanganan MoU tersebut yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Jalan Tol Bali-Mandara yang berkapasitas 400 Kilowatt-peak (kWp). PLTS di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan akan diresmikan Pemerintah.

Baca Juga: Analis Kerek Target Harga Saham Bukit Asam (PTBA), Cermati Pertimbangannya

Sebelumnya, PTBA juga telah membangun PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero). PLTS tersebut terdiri dari 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.

"Selain itu, PTBA juga berencana mengembangkan PLTS di area lahan pasca tambang," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (30/8).

Beberapa proyek PLTS itu ialah, PLTS di Tanjung Enim dengan kapasitas sampai dengan 200 MW dan total area 224 Ha. Kemudian, PLTS di Ombilin dengan kapasitas sampai dengan 200 MW dan total area 201 Ha, dan PLTS di Bantuas, Kalimantan Timur, dengan kapasitas sampai dengan 200 MW.

Selain PLTS, PTBA juga melaksanakan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Apollonius mengakui,  sampai saat ini proyek berjalan sesuai jadwal dan diharapkan akan selesai sesuai target. "Pembangunan memakan waktu kurang lebih 3 tahun," terangnya.

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail mengatakan, pihaknya tengah memantapkan eksistensi dan bertransformasi menjadi perusahaan energi.

Dari sisi operasional pertambangan, Arsal menambahkan, terdapat dua program utama yang dijalankan yakni Eco Mechanized Mining dan E-Mining Reporting System.

"Pada program Eco Mechanized Mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik," jelasnya.

 
PTBA Chart by TradingView

Sementara pada program E-Mining Reporting System, Bukit Asam memanfaatkan platform pelaporan produksi secara real time dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.

Tidak hanya itu, Bukit Asam juga gencar menerapkan program manajemen karbon, sebuah program integrasi untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional pertambangan perusahaan. Beberapa usaha manajemen karbon yang dilakukan yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi CCUS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .