Bukit Asam (PTBA) Melanjutkan Proses Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, Cermati Hal Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih dalam proses due diligence pengambilalihan PLTU Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Adapun PLN mengakui nilai pembangkit batubara ini menjadi US$ 400 jutaan atau lebih kecil dibandingkan sebelumnya US$ 800 juta. 

Diretur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatakan, jika harga PLTU Pelabuhan Ratu turun menjadi US$ 400 juta dari sebelumnya US$ 800 juta tentu harganya menjadi jauh lebih baik. 

“Sebelumnya disebut-sebut Bukit Asam dirugikan tetapi kalau harganya menjadi segitu bisa jadi lebih baik karena selisihnya sangat besar,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2). 


Teguh bilang yang jadi perhatian saat ini adalah PLN melepas PLTU Pelabuhan Ratu karena masa operasinya akan dipercepat atau dipensiunkan dini. Umur pembangkit dipangkas dari 24 tahun menjadi 15 tahun.

Baca Juga: Pensiun Dini PLTU Pelabuhan Ratu Harapkan Dapat Pendanaan Murah

Meski nilai akuisisinya lebih kecil dibandingkan sebelumnya, Teguh tetap mempertanyakan dengan sisa masa operasi pembangkit  tersebut. Akankah Bukit Asam meraih modalnya kembali? 

“Perhitungan balik modal ini yang belum ada hitung-hitungannya. Mungkin US$ 400 juta terlihat lebih murah dari sebelumnya, tetapi apakah Bukit Asam bisa balik modal dari masa operasionalnya,” ujar dia. 

Saat ini PLN berharap agar pemensiunan PLTU Pelabuhan Ratu bisa mendapatkan pendanaan murah dari skema Kemitraan Transisi Energi yang Adil atawa Just Energy Transition Partnership (JETP). 

Namun, Teguh menilai, pendanaan tersebut terdiri atas hibah dan bunga yang sejauh ini komposisi perhitungannya belum jelas. Maka itu, jika memang pemensiunan PLTU Pelabuhan Ratu mendapatkan pendanaan JETP, harus dilihat kembali berapa bunga yang akan ditanggung Bukit Asam. 

Teguh melihat, jika PTBA tetap melaksanakan akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, hal ini akan berdampak cukup signifikan pada kinerja. PLTU Pelabuhan Ratu cukup besar karena melayani wilayah Jawa Barat dan Banten. Artinya akan memberikan kontribusi yang signifikan pada pendapatan Bukit Asam nantinya. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) di Tengah Tren Pelemahan Harga Batubara

Melansir catatan sebelumnya, berdasarkan lokasi geografis, tata kelola PLTU Pelabuhan Ratu relatif lebih mudah diintegrasikan dengan sistem rantai pasok PTBA. Kebutuhan batu bara PLTU Pelabuhan Ratu sebanyak 4,5 juta ton per tahun atau 67,5 juta ton selama 15 tahun. Hal tersebut selaras dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk pemanfaatan cadangan batu bara PTBA.

Dengan teknologi dan sistem pendukung, PLTU ini mampu memberi jaminan keandalan optimal. Kinerja PLTU yang efisien ini berpotensi meningkatkan nilai tambah dari nilai keekonomian batu bara sebagai bahan baku. Potensi tambahan pendapatan dari penjualan listrik sebesar Rp 6 triliun per tahun.

Berkaca pada kinerja keuangan perusahaan pembangkit listrik swasta yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti PT Cikarang Listrindo Tbk, kinerjanya cukup bagus dan konsisten. Berbeda dengan kinerja perusahaan batubara yang naik turun tergantung fluktuasi harga komoditasnya. 

“Kinerja perusahaan pembangkit listrik lebih stabil jarang turun, naik terus tapi konsisten. Tetapi margin laba yang didapat dari berjualan listrik tidak terlalu besar karena harga listrik ditentukan oleh PLN dan pembeli listrik juga setrum pelat merah sendiri,” ujarnya. 

Baca Juga: Operasional PLTU Sumsel 8 Milik PTBA Menanti Kesiapan PLN

Hal yang sama tentu juga akan berlaku pada PLTU Pelabuhan Ratu, meski nantinya sudah dimiliki Bukit Asam, harga listrik tersebut diatur oleh PLN. Jika diatur, harga listrik tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Artinya, listrik tersebut tidak boleh terlalu menguntungkan PLN atau merugikan pemilik pembangkit. 

Teguh menilai dalam jangka panjang, dampak dari akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu akan membuat kinerja keuangan Bukit Asam menjadi lebih stabil dan konsisten karena ada pemasukan pendapatan baru dari kelistrikan dalam 10 tahun ke depan. 

“Jadi kinerja ke depan akan terus bagus tetapi tidak sebagus hari ini yang ditopang kenaikan harga komoditas batubara. Adapun laba dan dividen akan mengalami sedikit penurunan dibandingkan saat ini,” terangnya. 

Dalam jangka panjang, Teguh menilai, saham Bukit Asam masih menarik dikoleksi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati