KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengatakan komoditas batubara masih akan menjadi salah satu sumber energi utama untuk pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2060. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail mengatakan industri batu bara diyakini masih memiliki prospek cerah untuk beberapa tahun ke depan, meski di tengah tren transisi energi dan komitmen iklim untuk menurunkan emisi karbon yang menjadi tantangan terberat. “Mengacu pada Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) Indonesia, batubara diperkirakan masih akan menjadi salah satu sumber energi utama untuk pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2060,” ungkap Arsal dalam laporan tahunan PTBA 2023, yang dikutip Rabu (17/04).
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Anggarkan Capex Hingga Rp 2,9 Triliun di Tahun 2024 Ia juga mengatakan, bahwa harga batubara global di tahun 2023 yang mengalami kontraksi diproyeksikan tidak banyak berubah di tahun 2024. Untuk diketahui, penurunan harga komoditas batubara berdampak pada kinerja keuangan perusahaan di mana PTBA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp38,49 triliun atau menurun 10% dari tahun sebelumnya sebesar Rp42,65 triliun. Realisasi pendapatan tersebut sedikit di bawah dari target yang ditetapkan sebesar Rp40,35 triliun. Sedangkan dari sisi biaya, terdapat kenaikan total biaya yaitu dari Rp28,03 triliun di tahun 2022 menjadi Rp31,92 triliun di tahun 2023. Kenaikan total biaya didorong oleh beberapa faktor, di antaranya peningkatan volume produksi, angkutan, penjualan, hingga perubahan aturan terkait tarif royalti. Kondisi tersebut berdampak pada koreksi terhadap laba bersih tahun 2023, yaitu menjadi Rp6,11 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp12,57 triliun. Serta koreksi terhadap total aset dari Rp45,36 triliun per 31 Desember 2022 menjadi Rp38,77 triliun per 31 Desember 2023. “Perusahaan meningkatkan target operasional di tahun 2024 yaitu produksi batu bara 41,34 juta ton angkutan 33,69 juta ton dan penjualan batubara 43,11 juta ton,” kata Arsal. Selain itu, ia menambahkan PTBA berpotensi mendapatkan keuntungan dari implementasi Mitra Instansi Pengelola (MIP), melalui kompensasi atas kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan batubara domestik untuk mendukung ketahanan energi nasional.
“PTBA juga menargetkan 30% dari
revenue stream Perusahaan akan berasal dari bisnis energi di tahun 2030. Hal tersebut termasuk diversifikasi ke dalam pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) serta inisiatif Manajemen Karbon,” tambahnya. Strategi ini menurut Arsal sejalan dengan tren global untuk beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan dasar penyusunan prospek pada RJPP PTBA, yang telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti proyeksi ekonomi makro dunia, peta bauran energi global, dan target Net Zero Emission (NZE) di negara-negara dunia, terutama negara-negara pengimpor batu bara. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .