Bukit Asam (PTBA) Terapkan Empat Pilar Strategis Hadapi Transisi Energi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), perusahaan penambangan batubara telah menyiapkan strategi jangka panjang dalam menghadapi transisi energi. Strategi tersebut tertuang ke dalam empat pilar strategis yang akan mendukung adaptasi sembari aktif melakukan transisi bisnis. 

Setiadi Wicaksono, PV pengembangan Hilirisasi PT Bukit Asam menjelaskan, selama ini batubara dipersepsikan sebagai industri kotor dan tidak ramah lingkungan. 

Sejalan dengan target net zero emission (NZE) maka diprediksi arah permintaan komoditas batubara akan menurun. 


Implikasinya, terjadi revolusi energi di mana porsi energi baru terbarukan (EBT) akan signifikan ke depan dan batubara akan turun signifikan. 

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Kaji Pengembangan PLTB di Indonesia Timur

“Ini bagaimana PTBA menyikapi ini, jadi memang perlu ada semacam bisnis-bisnis baru terkait dengan batu bara dan diversifikasi bisnis,” jelasnya dalam acara  E2S Outlook Sektor ESDM 2023 di Jakarta, Selasa (13/12). 

Dia menjelaskan, Bukit Asam harus menjamin batubara yang dimiliki saat ini di mana cadangan emas hitam PTBA cukup besar yakni 3 miliar ton di mana tingkat produksinya sebanyak 35 juta ton per tahun. 

“Ini reservenya banyak sekali dan tidak boleh menyia-nyiakan sumber daya ini ditimbun saja di tanah, harus bisa dimonetisasi juga untuk digunakan demi manfaat masyarakat,” terangnya. 

Setiadi mengatakan demi beradaptasi sembari aktif melakukan transisi bisnis PTBA memiliki 4 pilar strategis. 

Pilar pertama terkait dengan logistik. Setiadi menjelaskan, peran logistik pengangkutan sangat penting bagi Bukit Asam untuk segera memonetisasi batubara yang ada.

“Jadi kalau ada isu 2060 phase out (PLTU) dan mencapai net zero emission sementara cadangan masih banyak jadi mau tidak mau kita harus meningkatkan kapasitas produksi,” terangnya. 

Berbicara kapasitas produksi, PTBA mengakui memiliki bottleneck di angkutannya. Hal ini disebabkan  posisi PTBA yang berada di tengah pulau membuat mereka menggunakan mode transportasi batubara rangkaian panjang dengan PT Kereta Api Indonesia di mana kapasitas angkutan 32 juta ton per tahun. 

Bukit Asam pun mengembangkan infrastruktur pendukung angkutan batubara demi meningkatkan kapasitas pengangkutan batubara.  Rencananya pada tahun 2027 jika agenda ini berjalan lancar, maka Bukit Asam dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan menjadi dua kali lipat. 

Pilar kedua ialah bisnis energi. Bukit Asam telah mencoba integrasi dengan PLTU Mulut Tambang. Adapun PLTU Mulut Tambang-Sumsel 9 saat ini perkembangannya sudah 97% dan diekspektasikan bisa beroperasi atau memasuki commercial operation date (COD) di 2023. 

Kemudian pihaknya juga mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan dengan membangun pembangkit listrik EBT dalam skala besar. Setiadi bilang, PTBA memiliki lahan pasca-tambang yang luas untuk dioptimalkan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 

Baca Juga: Pemerintah Rilis Aturan Holding yang Membawahi ANTM, PTBA, TINS, Inalum dan Freeport

Pilar ketiga, kimia dan derivatif lainnya. Salah satu pengembangan yang telah dijajaki adalah proyek coal to DME sebagai alternatif LPG. Selain itu, pihaknya juga melakukan penjajakan produk kimia dan derivatif yang ekonomis untuk substitusi impor. 

Tidak hanya itu, PTBA juga membangun kawasan industri terintegrasi untuk bisnis berbasis kimia. 

Pilar keempat, manajemen karbon. Setiadi menjelaskan pilar ini terkait dengan dekarbonisasi dalam aktivitas pertambangan, misalnya elektrifikasi kendaraan tambang seperti truk dan pemanfaatan PLTS untuk penerangan tambang. 

Bukit Asam juga berusaha menjajaki teknologi Carbon Capture and Utilization Storage (CCUS) di mana kontribusi penangkapan emisi karbon ini bertujuan agar karbon yang dihasilkan dari aktivitas operasional dapat dikurangi dari tahun ke tahun. 

Pada pilar terakhir ini juga ada poin mengenai reklamasi lahan bekas tambang yang akan menjadi upaya Bukit Asam melakukan carbon offset/removal. Saat ini luas area yang telah direklamasi (kumulatif) 2.144 hektare dengan total revegetasi 1,33 juta pohon. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi