Bukit Asam terpapar harga batubara lokal



KONTAN.CO.ID -  Rencana pemerintah mengatur kebijakan harga khusus batubara untuk kebutuhan dalam negeri alias domestic market obligation (DMO), khususnya untuk sektor kelistrikan, menyebabkan harga saham emiten batubara anjlok. Salah satu yang terkena dampak paling dalam ialah saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang ambruk 22,06% sepanjang pekan lalu.

Senin pekan lalu (11/9), saham PTBA masih berada di Rp 12.350 per saham. Namun Jumat (15/9), harganya anjlok ke Rp 9.625 per saham.

Kekhawatiran pasar bukannya tanpa alasan. Asal tahu saja, sebagian besar pendapatan perusahaan pelat merah ini berasal dari pasar dalam negeri. Dalam laporan keuangan semester I-2017, penjualan domestik PTBA menyumbang 64,96% terhadap total penjualan perusahaan ini, yang mencapai Rp 8,97 triliun.


Jika pemerintah memberlakukan DMO pada batubara, Analis NH Korindo Raphon Prima melihat, kinerja PTBA bakal terpengaruh. Kebijakan tersebut diprediksi akan menekan margin kotor. Sepanjang kuartal II-2017, PTBA mampu mencetak margin kotor sekitar 37,4%.

Namun, Raphon yakin kebijakan tersebut belum akan diterapkan tahun ini. Sehingga pendapatan PTBA di akhir 2017 bisa tumbuh 36,1% dengan laba bersih yang melesat 82,3%. Strategi efisiensi yang diterapkan perusahaan ini sejak kuartal IV-2016 mulai menuai hasil positif.

Buktinya, dalam enam bulan pertama 2017, beban jasa pertambangan hanya 13,02% dibanding penjualan. Angka ini lebih mini ketimbang realisasi di periode yang sama tahun lalu, yakni 20,45%.

Analis Mega Capital Sekuritas Novilya Wiyatno juga yakin DMO tidak akan diberlakukan dalam waktu dekat. Adanya syarat dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignatius Jonan kepada PLN untuk melakukan efisiensi membuat kebijakan ini sulit direalisasikan tahun ini.

Kinerja ekspor

Sekalipun porsi domestik masih mendominasi, tapi Novilya yakin ekspor PTBA bakal meningkat. Apalagi, Indonesia sudah menandatangi kesepakatan dengan Vietnam untuk memasok batubara. Kerjasama tersebut berlaku hingga 2022.

Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas, menambahkan, meski DMO disepakati, pengaruh terhadap PTBA tidak akan besar. "Pada 2017, paparan PTBA terhadap DMO hanya 2,5 juta ton atau 11% dari volume penjualan perusahaan. Sementara kompetitornya berada pada kisaran 18%-25%," terang dia.

Selain karena porsinya kecil, PTBA masih bisa melakukan penjualan batubara domestik dengan harga pasar untuk produk batubara di luar kesepakatan DMO. Sepanjang 2017, Kementerian ESDM telah menyepakati produksi batubara untuk DMO mencapai 107,9 juta ton. Dari jumlah itu, PTBA hanya akan memasok 2,5 juta ton saja.

Karena itu, ia masih merekomendasikan buy untuk saham PTBA dengan target harga di rentang Rp 14.200Rp 15.600 per saham. Navilya juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 15.900 per saham. Raphon juga merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 16.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini