Bukit Uluwatu menambah proyek pembangunan villa



AKARTa. PT Bukit Uluwatu Villa Tbk menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 230 miliar - Rp 250 miliar, tahun ini. Dana tersebut untuk melanjutkan tiga proyek yang sudah berjalan, yakni Alila SCBD di Jakarta, Alila Bintan di Kepulauan Riau, dan The Cliff Uluwatu di Bali.

Bukit Uluwatu menaruh perhatian besar kepada tiga proyek tersebut karena Bukit Uluwatu menggadang ketiga proyek itu bisa mendongkrak pendapatan di tahun 2016 dan 2017, kelak setelah ketiganya selesai dibangun.

Direktur Keuangan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk Hendry Utomo memproyeksikan, pendapatan Bukit Uluwatu bisa melesak 125% per tahun di 2016 dan 2017 nanti. "Proyeksi laba bersih meningkat rata-rata 70% di tahun 2016 dan 2017 mendatang," prediksi dia, Jumat (19/6).


Nah, berikut perincian tiga proyek yang sedang menjadi fokus Bukit Uluwatu itu. Pertama, Alila SCBD. Ini adalah proyek hotel yang berisi 240 kamar, tujuh ruang rapat, dan satu ruang serbaguna.

Bukit Uluwatu menargetkan, proyek ini beroperasi di akhir 2015 atau awal 2016. Kedua, Alila Bintan. Ini merupakan proyek hotel dan resor yang terdiri dari 27 vila yang akan dijual dan 40 kamar hotel.

Bukit Uluwatu juga melengkapi proyek ini dengan ruang pertemuan dan spa. Manajemen Bukit Uluwatu mengklaim, pengerjaan proyek ini sudah 55%. Target mereka proyek ini beroperasi pertengahan tahun 2016. Terakhir, ketiga, The Cliff Uluwatu.

Ini adalah proyek vila yang terdiri dari 56 vila dan kamar suites. Bukit Uluwatu baru mengerjakan 10% proyek tersebut. Target perusahaan itu, The Cliff Uluwatu siap menerima tamu di pertengahan 2017.

Selain untuk melanjutkan proyek yang sudah berjalan, Bukit Uluwatu akan mencuil 20% dana capex untuk menambah jumlah tabungan lahan atawa landbank. Perusahaan itu belum menetapkan lokasi lahan yang diincar. Yang pasti, sisa landbank mereka saat ini cukup minim, yakni 2 hektare (ha) - 3 ha, masing-masing di Manado, Sulawesi Utara dan Magelang, Jawa Tengah.

Bukit Uluwatu juga tak lupa mempersiapkan proyek anyar. Perusahaan berkode BUVA di Bursa Efek Indonesia itu kini tengah merancang tiga proyek anyar, yakni Alila Ubud Extansion II di Bali, Alila Borobudur di Jawa Tengah, dan Alila Tarabitan di Manado.

Target kinerja tahun ini

Sementara di tahun ini, Bukit Uluwatu menargetkan pendapatan Rp 344 miliar dan laba bersih Rp 55 miliar. Harapan perusahaan itu, 70% berasal dari pendapatan divisi hotel dan 30% berasal dari divisi real estat.

Sumber pendapatan divisi hotel adalah dua proyek di Bali, Alila Villa Uluwatu, dan Alila Ubud. Adapun sumber pendapatan real estat adalah penjualan The Cliff Uluwatu. Patut dicatat, meski proyek itu baru direncanakan menerima tamu di tahun 2017, Bukit Uluwatu telah menjajakan proyek itu sejak tahun lalu.

Harga jualnya Rp 6,5 miliar - Rp 7 miliar. Target pendapatan dan laba bersih tersebut lebih besar ketimbang realisasi di tahun 2014. Tahun lalu, pendapatan dan laba bersih Bukit Uluwatu adalah Rp 256,49 miliar dan Rp 27,81 miliar.

Pendapatan itu tumbuh 5,25% ketimbang pendapatan 2013, yakni Rp 243,69 miliar. Namun, laba bersih perusahaan itu melorot 56,56% ketimbang laba di 2013, yakni Rp 64,02 miliar. Realisasi kinerja Bukit Uluwatu di kuartal I-2015 mencatatkan rapor merah. Meski pendapatan perusahaan itu naik tipis 0,70% menjadi Rp 35,77 miliar, perusahaan itu mengantongi kerugian Rp 13,09 miliar.

Manajemen Bukit Uluwatu berpendapat, tingkat okupansi hotel biasanya menurun di kuartal I seiring penurunan kunjungan wisatawan asing ke tanah air. Mereka percaya, tingkat okupansi hotel akan mendaki dari April hingga November. "Untuk itu, kami yakin, semester II akan ada peningkatan pendapatan sesuai dengan tren tahun lalu," ujar Hendry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa