KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga tiket pesawat domestik sejak beberapa bulan lalu ternyata ikut berimbas pada lesunya bisnis perhotelan. Menurunnya jumlah penumpang pesawat domestik diikuti oleh penurunan tingkat keterisian atau okupansi hotel di Tanah Air. Beberapa waktu lalu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menyatakan bahwa okupansi hotel anjlok sekitar 20%-40% sejak melonjaknya harga tiket pesawat domestik ditambah lagi dengan kebijakan bagasi berbayar oleh salah satu maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC) yang menguasai penerbangan domestik. Salah satu emiten perhotelan, yakni PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) mengaku tidak terpengaruh dengan adanya lonjakan harga tiket pesawat domestik maupun kebijakan bagasi berbayar. “Untuk properti yang kami miliki di Bali okupansinya masih stabil dan belum terlalu berpengaruh,” kata Henry Utomo Direktur Keuangan Bukit Uluwatu Villa kepada Kontan.co.id Kamis (14/2).
Bukit Uluwatu Villa (BUVA) tidak terpengaruh lonjakan harga tiket pesawat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga tiket pesawat domestik sejak beberapa bulan lalu ternyata ikut berimbas pada lesunya bisnis perhotelan. Menurunnya jumlah penumpang pesawat domestik diikuti oleh penurunan tingkat keterisian atau okupansi hotel di Tanah Air. Beberapa waktu lalu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menyatakan bahwa okupansi hotel anjlok sekitar 20%-40% sejak melonjaknya harga tiket pesawat domestik ditambah lagi dengan kebijakan bagasi berbayar oleh salah satu maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC) yang menguasai penerbangan domestik. Salah satu emiten perhotelan, yakni PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) mengaku tidak terpengaruh dengan adanya lonjakan harga tiket pesawat domestik maupun kebijakan bagasi berbayar. “Untuk properti yang kami miliki di Bali okupansinya masih stabil dan belum terlalu berpengaruh,” kata Henry Utomo Direktur Keuangan Bukit Uluwatu Villa kepada Kontan.co.id Kamis (14/2).