JAKARTA. Bank Bukopin mengubah strategi pendanaan. Jika sebelumnya ngotot menggelar penerbitan saham baru alias rights issue, kini Bukopin lebih mengutamakan obligasi subordinasi (subdebt). Dengan tegas manajemen membantah, perubahan rencana ini terkait sikap Kementerian Negara BUMN yang belum mengizinkan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) menjadi pembeli siaga rights issue. Tri Joko Prihanto, Direktur Keuangan Bukopin,menjelaskan, pilihan subdebt lantaran pertimbangan pasar. "Melihat kondisi saat ini subdebt lebih bagus," katanya. Maklum, pada saat yang berdekatan, Bank BNI dan Bank Mandiri, juga menggelar aksi serupa. Ini tentu mempengaruhi respon pasar dan harga. Bukopin akan merilis subdebt Rp 500 miliar-Rp 1 triliun di tahun depan. Dananya untuk mendongkrak rasio kecukupan modal (CAR) dari saat ini sekitar 13% menjadi 16% - 17%. "Demi mengejar pertumbuhan kredit sampai 20%, itu bisa menekan CAR 3% sampai 4%," kata dia.
Bukopin lirik obligasi subordinasi
JAKARTA. Bank Bukopin mengubah strategi pendanaan. Jika sebelumnya ngotot menggelar penerbitan saham baru alias rights issue, kini Bukopin lebih mengutamakan obligasi subordinasi (subdebt). Dengan tegas manajemen membantah, perubahan rencana ini terkait sikap Kementerian Negara BUMN yang belum mengizinkan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) menjadi pembeli siaga rights issue. Tri Joko Prihanto, Direktur Keuangan Bukopin,menjelaskan, pilihan subdebt lantaran pertimbangan pasar. "Melihat kondisi saat ini subdebt lebih bagus," katanya. Maklum, pada saat yang berdekatan, Bank BNI dan Bank Mandiri, juga menggelar aksi serupa. Ini tentu mempengaruhi respon pasar dan harga. Bukopin akan merilis subdebt Rp 500 miliar-Rp 1 triliun di tahun depan. Dananya untuk mendongkrak rasio kecukupan modal (CAR) dari saat ini sekitar 13% menjadi 16% - 17%. "Demi mengejar pertumbuhan kredit sampai 20%, itu bisa menekan CAR 3% sampai 4%," kata dia.