KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) sukses mencetak pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang 2023. Dari sisi
bottomline, laba bersih emiten nikel ini naik 36,89% menjadi US$ 274,33 juta sepanjang 2023. Sebagai perbandingan, laba bersih INCO di tahun 2022 hanya US$ 200,40 juta. Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya pendapatan. INCO meraup pendapatan bersih senilai US$ 1,23 miliar per akhir 2023. Realisasi ini naik 4,5% dari pendapatan di periode 2022 sebesar US$ 1,17 miliar.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menilai, ada dua katalis utama peningkatan profit INCO.
Baca Juga: Produksi Nikel Matte Vale Indonesia (INCO) Naik 18% Sepanjang 2023 Pertama, keberhasilan INCO dalam menekan
cash cost per ton, dimana
cash cost sepanjang tahun lalu turun 12% secara
year-on-year (YoY).
Kedua, kenaikan produksi nickel matte “Kedua katalis berhasil menghapus dampak negatif dari normalisasi harga nikel matte global,” kata Axell, Senin (12/2). Sebagai gambaran, INCO memproduksi 70.728 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2023. Realisasi ini naik 18% dari produksi tahun 2022 yang hanya 60.090 ton nikel matte.
Adapun produksi pada triwulan IV- 2023 mencapai 19.084 ton nikel dalam matte. Jumlah ini 6% lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang dicatat pada kuartal III-2023 yang sebesar 17.953 ton nikel matte. Realisasi tersebut juga naik 18% secara year-on-year (yoy), dimana produksi pada kuartal IV-2022 hanya mencapai 16.183 ton
Baca Juga: Terkait Divestasi INCO, Harus Dapat Harga yang Bagus, Jangan Tergesa-gesa Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mempertahankan target harga saham INCO di Rp 4.900 per saham. Target ini menyiratkan
price to earnings (P/E) ratio sebesar 11,7 kali pada 2024.
Namun, Rizkia meningkatkan rekomendasi saham INCO menjadi buy mengingat dinamika harga saham INCO yang mengalami koreksi sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). Menurut Axell, secara fundamental, penurunan harga nikel sebesar 48% sepanjang 2023 sudah tercermin (priced in) dalam penurunan harga saham INCO yang anjlok hingga 52%. “Ini berarti, mulai stabilnya harga nikel dan penyelesaian proses divestasi nanti dapat menjadi katalis untuk INCO rebound,” tutup Axell. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli