JAKARTA. Bukan cuma harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji yang turun, tarif listrik juga bakal turun. Bulan depan, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan menurunkan tarif listrik nonsubsidi 10 golongan pelanggan. Pelanggan PLN yang akan menikmati penurunan tarif setrum adalah kelompok rumahtangga menengah (R2) dengan daya 3.500 volt ampere (VA)–5.500 VA, rumahtangga besar (R3) berdaya 6.600 VA ke atas, bisnis menengah (B2) 6.600 VA–200.000 VA, dan bisnis skala besar (B3) di atas 200 kilo-volt ampere (kVA). Kemudian, pelanggan golongan industri menengah (I3) dengan daya di atas 200 kVA, industri besar (I4) di atas 30.000 kVA, pemerintah (P1) 6.600 VA–200.000 VA, pemerintah (P2) di atas 200 kVA, penerangan jalan umum (P3), dan pelanggan layanan khusus.
Benny Marbun, Kepala Divisi Niaga PLN, bilang, penurunan tarif listrik dipicu menukiknya harga minyak mentah dunia yang mempengaruhi harga minyak Indonesia (ICP). "Turunnya ICP menjadi acuan PLN untuk menyesuaikan tarif listrik," katanya kemarin. Hanya, PLN belum bisa memastikan besaran penurunan tarif listrik untuk ke-10 golongan tersebut. Alasannya, masih harus menghitung sejumlah komponen biaya produksi listrik lainnya. Yang pasti, penurunan tarif listrik nonsubsidi hanya dilakukan PLN saat harga minyak dan kurs rupiah mengalami perubahan. "Kalau dua faktor itu berubah, tarif listrik juga siap berubah. Tapi, kami berharap kurs rupiah tidak melemah dan minyak tidak naik," imbuh Benny. Catatan saja, per 1 Januari lalu, tarif listrik ke-10 golongan itu mencapai harga keekonomian. Perinciannya: Rp 1.496,05 per kilo-watt hour (kWh) untuk pelanggan R2, R3, B2, P1, serta P3. Bagi pelanggan B3 dan l3 tarifnya Rp 1.077,18 per kWh, tarif pelanggan I4 Rp 1.011,99 per kWh, serta golongan khusus Rp 1.574,57 per kWh. Dipengaruhi tiga faktor Jarman, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menimpali, penurunan atau kenaikan tarif listrik nonsubsidi dipengaruhi oleh tiga faktor: ICP, nilai tukar rupiah, dan inflasi. "Bila harga minyak dunia turun, maka ICP juga turun. Faktor ini akan mempengaruhi tarif listrik golongan nonsubsidi," ujar dia.
Komposisi biaya produksi PLN yang mempengaruhi automatic tariff adjusment, Jarman menjelaskan, ialah kurs rupiah sebesar 75%, ICP 20%, dan inflasi 5%. Tapi, selama ini harga patokan ICP bukan dipakai untuk pembelian bahan bakar untuk pembangkit listrik milik PLN, melainkan harga gas yang dihitung berdasarkan persentase terhadap ICP. “Saat ini, biaya gas dalam bauran energi listrik sekitar 22%,” kata Jarman. Kurtubi, Anggota Komisi Energi (VII) DPR, menilai, penurunan harga minyak memang harus dimanfaatkan oleh pemerintah dengan baik. Salah satunya, ya, dengan menurunkan tarif listrik. Soalnya, "Sebagian besar biaya produksi PLN untuk membeli bahan bakar," ucap anggota Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini. Cuma, menurut Pri Agung Rakhmanto, pengamat energi dari ReforMiner Institute, meskipun biaya energi pembangkit PLN berbahan bakar minyak di bawah 20%, komponen itu mempengaruhi tarif keekonomian listrik. "Jadi, jika penurunan harga minyak saat ini US$ 50 per barel dari perkiraan US$ 100 per barel, jelas akan menurunkan harga listrik," ujar Pri Agung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan