Bulan ini Kalbe Farma mengawal uji klinis vaksin untuk Corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengawal pengembangan vaksin GX-19 untuk menangkal Corona. Mulai bulan ini sampai Juli 2020 nanti, perusahaan tersebut tengah melakukan uji klinis fase pertama GX-19 di Korea Selatan.

Sebelum bisa diedarkan sejalan dengan standar internasional yang berlaku, vaksin GX-19 akan melalui empat fase uji klinis. Biasanya, proses itu memakan waktu antara dua tahun hingga tiga tahun.

Meski begitu, Kalbe Farma berharap uji klinis dapat diselesaikan dengan lebih cepat. “Dalam kondisi tertentu seperti emergency karena covid-19 mungkin bisa dipercepat dengan kriteria pembatasan tertentu kalau didukung oleh instansi pemerintah berwenang,” kata Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius kepada Kontan.co.id pada Sabtu (6/6).


Sembari mengawal uji klinis fase pertama, KLBF berkoordinasi dengan instansi pemerintah, lembaga riset, akademisi dan profesi kedokteran untuk persiapan masuk fase 2. Lokasi pengujiannya di Indonesia.

Informasi saja, GX-19 merupakan pengembangan vaksin DNA terhadap Virus Corona. Penggagasnya adalah konsorsium Genexine, Binex, The International Vaccine Institute (IVI), GenNBio, The Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST) dan Pohang University of Science & Technology (POSTECH).

Vaksin GX-1 telah melalui pengujian kepada primata dan terbukti telah menghasilkan antibodi yang mampu menetralisasi Covid-19. Makanya, KLBF sepakat akan bekerja sama dengan Genexine Inc untuk mengembangkan GX-19. Penandatanganan nota kesepahaman antar kedua perusahaan telah terhjadi pada Mei 2020 lalu.

Sejauh ini, KLBF belum mengantongi data perkiraan total investasi yang dibutuhkan untuk membiayai pengembangan GX-19. "Sebab datanya masih dihitung dalam bulan ini," tutur Vidjongtius.

Sebelumnya, Kalbe Farma telah menjalin kerja sama dengan Genexine membentuk PT Kalbe Genexine Biologic (KGBio). Perusahaan joint venture itu mengembangkan dan membuat bahan baku obat-obatan bioteknologi di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina