Bulan Ini, WIKA Beli Kontraktor Tambang



JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berniat memasuki bisnis kontraktor pertambangan secara instan. Caranya, WIKA akan membeli satu perusahaan kontraktor pertambangan.

Kini, WIKA sedang menimang-nimang dua calon kontraktor yang akan ia pinang. Bahkan, WIKA sedang tawar menawar harga dengan pemilik kontraktor tambang yang berada di Kalimantan itu.

Jika negosiasi dengan pemilik perusahaan ini buntu, kontraktor plat merah ini akan melirik kontraktor pertambangan yang lain. "Semoga negosiasi harga ini selesai Januari," ucap Imam Sudiyono, Sekretaris Perusahaan WIKA kepada KONTAN, Rabu (7/1).


Imam masih merahasiakan identitas kontraktor tambang yang sedang ia bidik maupun harga beli perusahaan tersebut. "Pokoknya di bawah Rp 50 miliar," ucap Imam. Perkiraan harga muncul dari hasil uji kelayakan (due dilligence) terhadap kontraktor itu.

WIKA akan mendanai akuisisi ini dengan duit sendiri alias bukan dari hasil utang. Ia akan mengambil duit dari anggaran belanja modal 2009 guna menutup akuisisi itu.

Tahun ini WIKA memiliki bujet belanja modal Rp 180 miliar. Seluruh duit belanja berasal dari kantong sendiri. Kantong WIKA memang sedang tebal. Per September 2008, isi brankas WIKA masih sekitar Rp 957,38 miliar.

Selain soal rencana akuisisi, WIKA juga berencana mengubah penggunaan sisa dana hasil penawaran saham perdananya alias initial public offering lalu sebesar Rp 335,3 miliar. WIKA akan meminta izin pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham pada 27 Januari 2009.

Semula, WIKA akan menggunakan sisa dana itu untuk membiayai proyek tol dan proyek pembangkit listrik di Jawa. Berhubung keduanya batal, WIKA berniat mencuil Rp 100 miliar dan menyuntikkannya kepada PT Wika Beton. Anak usaha Wika itu berniat menaikkan kapasitas produksi beton dari 1 juta ton menjadi 1,15 juta ton.

WIKA akan menggunakan sisa Rp 235,5 miliar untuk membiayai proyek-proyek yang sudah ia kantongi. Misalnya proyek PLTU Sulawesi Utara dan PLTU Kalimantan elatan. Target penyelesaian kedua proyek April 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie