JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) berniat memangkas habis utang dolar Amerika Serikat (AS) mereka secara bertahap. Mereka menjalankan rencana ini setelah mendapatkan dana segar Rp 2,83 triliun dari hasil penawaran umum terbatas (rights issue) bulan lalu. Akhir bulan ini, EXCL berniat membayar utang dolar AS sebesar US$ 240 juta. Utang ini berasal dari Bank Mizuho Indonesia sebesar US$ 50 juta dan DBS Bank Ltd Singapura US$ 50 juta. Selain itu, masih ada pinjaman sindikasi dari DBS Bank Ltd, Export Development Canada, The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd, dan Chinatrust Commercial Bank Ltd senilai US$ 140 juta. Walhasil, di akhir 2009, porsi utang dolar XL hanya sepertiga dari total utang. Selain itu, dengan dana rights issue itu, EXCL juga berniat membayar utang Rp 400 miliar ke Bank Mandiri sebelum pergantian tahun. "Jadi, di akhir tahun 2009 nanti, utang EXCL mungkin turun menjadi antara Rp 13 triliun hingga Rp 14 triliun," kata Johnson Chan, Wakil Presiden Senior Finansial EXCL, hari Kamis pekan lalu (17/12). Per September 2009, utang EXCL yang terdiri dari utang jangka panjang dan utang obligasi mencapai Rp 18,44 triliun. Tak hanya itu, 18 Januari nanti, EXCL berniat membeli kembali obligasi dolar AS-nya. Sejak terbit tahun 2006 silam, EXCL telah melakukan pembelian kembali obligasi senilai US$ 250 juta itu, sehingga kini masih tersisa US$ 59,43 juta. "Jadi akhir Januari 2010 nanti, utang dolar kami hanya kepada EKN, Standard Chartered, dan JP Morgan," tuturnya. Ada fasilitas Rp 2,1 triliun Johnson menyatakan, XL masih memiliki fasilitas kredit yang belum dipakai sebesar Rp 2,1 triliun. Fasilitas ini berasal dari The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd sebesar Rp 500 miliar serta sindikasi pinjaman dari Bank BNI dan CIMB Niaga senilai Rp 1,6 triliun. Tahun depan, belanja modal (capex) EXCL antara US$ 400 juta hingga US$ 450 juta. "Kami akan menggunakan dana dari aliran kas untuk kebutuhan belanja modal tahun depan," kata Johnson. Sekadar mengingatkan, tahun ini capex EXCL sebesar US$ 300 juta. Menanggapi aksi korporasi tersebut, analis Citi Pacific Securities Hendri Effendi menilai, pembayaran utang dari dana rights issue ini bisa memperbaiki struktur keuangan EXCL dan membuka peluang pendanaan lain. Paling tidak, pertumbuhan lima tahun ke depan bisa dijaga. "Karena perusahaan telekomunikasi memerlukan belanja modal yang besar," kata Hendri kemarin. Standard and Poor's Ratings Services (S&P) juga merespons positif langkah EXCL. Mereka merevisi prospek (outlook) peringkat BB- EXCL dari negatif menjadi stabil. Keputusan itu muncul karena S&P melihat profil finansial EXCL semakin meningkat akibat langkah pengurangan utang oleh operator seluler pemilik merek XL itu. Selain itu, S&P melihat EXCL juga akan menurunkan belanja modal beberapa tahun ke depan. Sayang, Hendri menilai, saham EXCL kurang menarik karena jumlah saham yang beredar di pasar sangat sedikit. Pasca rights issue, saham EXCL yang beredar hanya 16,79 juta atau 0,02% dari total modal disetor EXCL sebanyak 8,51 miliar saham.
Bulan Ini XL akan Lunasi Utang US$ 240 Juta
JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) berniat memangkas habis utang dolar Amerika Serikat (AS) mereka secara bertahap. Mereka menjalankan rencana ini setelah mendapatkan dana segar Rp 2,83 triliun dari hasil penawaran umum terbatas (rights issue) bulan lalu. Akhir bulan ini, EXCL berniat membayar utang dolar AS sebesar US$ 240 juta. Utang ini berasal dari Bank Mizuho Indonesia sebesar US$ 50 juta dan DBS Bank Ltd Singapura US$ 50 juta. Selain itu, masih ada pinjaman sindikasi dari DBS Bank Ltd, Export Development Canada, The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd, dan Chinatrust Commercial Bank Ltd senilai US$ 140 juta. Walhasil, di akhir 2009, porsi utang dolar XL hanya sepertiga dari total utang. Selain itu, dengan dana rights issue itu, EXCL juga berniat membayar utang Rp 400 miliar ke Bank Mandiri sebelum pergantian tahun. "Jadi, di akhir tahun 2009 nanti, utang EXCL mungkin turun menjadi antara Rp 13 triliun hingga Rp 14 triliun," kata Johnson Chan, Wakil Presiden Senior Finansial EXCL, hari Kamis pekan lalu (17/12). Per September 2009, utang EXCL yang terdiri dari utang jangka panjang dan utang obligasi mencapai Rp 18,44 triliun. Tak hanya itu, 18 Januari nanti, EXCL berniat membeli kembali obligasi dolar AS-nya. Sejak terbit tahun 2006 silam, EXCL telah melakukan pembelian kembali obligasi senilai US$ 250 juta itu, sehingga kini masih tersisa US$ 59,43 juta. "Jadi akhir Januari 2010 nanti, utang dolar kami hanya kepada EKN, Standard Chartered, dan JP Morgan," tuturnya. Ada fasilitas Rp 2,1 triliun Johnson menyatakan, XL masih memiliki fasilitas kredit yang belum dipakai sebesar Rp 2,1 triliun. Fasilitas ini berasal dari The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd sebesar Rp 500 miliar serta sindikasi pinjaman dari Bank BNI dan CIMB Niaga senilai Rp 1,6 triliun. Tahun depan, belanja modal (capex) EXCL antara US$ 400 juta hingga US$ 450 juta. "Kami akan menggunakan dana dari aliran kas untuk kebutuhan belanja modal tahun depan," kata Johnson. Sekadar mengingatkan, tahun ini capex EXCL sebesar US$ 300 juta. Menanggapi aksi korporasi tersebut, analis Citi Pacific Securities Hendri Effendi menilai, pembayaran utang dari dana rights issue ini bisa memperbaiki struktur keuangan EXCL dan membuka peluang pendanaan lain. Paling tidak, pertumbuhan lima tahun ke depan bisa dijaga. "Karena perusahaan telekomunikasi memerlukan belanja modal yang besar," kata Hendri kemarin. Standard and Poor's Ratings Services (S&P) juga merespons positif langkah EXCL. Mereka merevisi prospek (outlook) peringkat BB- EXCL dari negatif menjadi stabil. Keputusan itu muncul karena S&P melihat profil finansial EXCL semakin meningkat akibat langkah pengurangan utang oleh operator seluler pemilik merek XL itu. Selain itu, S&P melihat EXCL juga akan menurunkan belanja modal beberapa tahun ke depan. Sayang, Hendri menilai, saham EXCL kurang menarik karena jumlah saham yang beredar di pasar sangat sedikit. Pasca rights issue, saham EXCL yang beredar hanya 16,79 juta atau 0,02% dari total modal disetor EXCL sebanyak 8,51 miliar saham.