DUBLIN. Perdagangan emas yang sangat bullish dalam sebulan terakhir pasca ketidakstabilan politik di Portugal, menimbulkan kekhawatiran krisis utang di Eropa akan semakin memburuk. Kondisi itu dipicu oleh aksi beli investor akibat anjloknya harga emas yang mendorong permintaan emas, terutama dalam bentuk perhiasan. Menguatnya perdagangan emas di Eropa juga didukung oleh pengunduran diri dua menteri kabinet Portugal. Kondisi ini mendorong biaya pinjaman Potugal naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Pada 3 Juli kemarin, yield obligasi Portugal bertenor 10 tahun melonjak di atas 8% untuk pertama kalinya sejak November tahun lalu setelah pengunduran diri dua menterinya.
Situasi itu menambah spekulasi bahwa krisis politik tersebut akan menghambat kemampuan pemerintah Portugal dalam memenuhi syarat-syarat utama pemberian dana talangan (bailout) yang ditetapkan Uni Eropa. Empat belas analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan, pada pekan depan harga emas akan kembali berkilau, proporsi terbesar dari masa bullish perdagangan emas sejak 7 Juni. Sebelumnya, harga emas turun 23% di akhir kuartal tahun ini, setelah kalangan investor kehilangan kepercayaan pada logam mulia sebagai aset lindung nilai. Hal ini seiring kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan menghentikan kebijakan stimulus di negara tersebut. Harga emas yang jatuh pada April lalu, telah mendorong permintaan emas untuk perhiasan dan koin di seluruh dunia melonjak. Bahkan, impor emas Turki sebagai konsumen logam mulia terbesar keempat di dunia, melonjak tinggi di sepanjang tahun ini. "Pemulihan harga emas akan tentatif, tapi (masuk) kembali dari krisis utang zona euro bisa memicu reli harga emas terus berlanjut," kata Mark O'Byrne, Direktur Eksekutif GoldCore Ltd yang berbasis di Dublin. GoldCore merupakan perusahaan broker yang menjual dan menyimpan koin dan emas batangan. "Banyak perhiasan di dunia cenderung digunakan sebagai kesempatan untuk persediaan karena harga emas jatuh baru-baru ini," kata O’Byrne.
Harga Emas Di bursa London, Inggris, harga emas di sepanjang tahun ini merosot 28% menjadi US$ 1.213,48 troy ons, setelah mengalami kenaikan tahunan 12 kali berturut-turut. Pada 28 Juni lalu, harga emas mencapai titik terendah dalam kurun 34 bulan terakhir ke level US$ 1.180,50. Goldman Sachs Group Inc memproyeksikan, pada akhir 2014, hargas emas akan bertengger di level US$ 1.050. Sementara, Credit Suisse Group AG mengantisipasi harga emas menclok di angka US$ 1.150 dalam 12 bulan ke depan. Proyeksi berbeda justru diungkapan Danske Bank A/S (Denmark) yang melihat harga emas akan jatuh ke ke level US$ 1.000 dalam tiga bulan. Pada 26 Juni lalu, Mark Cutifani, mantan kepala AngloGold Ashanti Ltd (ANG), penambang emas ketiga terbesar dunia, menyatakan bahwa pengurangan produksi akan lebih besar dibandingkan kenaikan harga yang diharapkan oleh banyak investor.
Editor: Dikky Setiawan