Bulog dan Food Station diminta amankan stok pangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah menjadi siklus tahunan bahwa menjelang akhir tahun permintaan kebutuhan bahan pokok meningkat. Biasanya kenaikan permintaan terjadi seiring dengan adanya perayaan Natal dan Tahun Baru, sehingga akan diikuti dengan kenaikan harga pangan.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan di luar batas yang wajar, pemerintah pun mulai sibuk melakukan koordinasi antar kementerian dan lembaga untuk menjamin ketersediaan pangan dan stabilisasi harga

Setelah Kementerian Pertanian (Kemtan), kini giliran Kementerian Perdagangan (Kemdag) memastikan kepastian stok pangan tersedia. Untuk itu pada akhir pekan lalu, Kemdag mengundang PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) dan Perum Bulog serta sejumlah pengusaha dan lembaga yang pengawas semisal Satgas Pangan untuk membahasnya.


Dalam kesempatan itu Kemdag meminta agar para pihak saling membantu untuk memastikan pasokan pangan tersedia di pasar sehingga harga tidak bergejolak.

Menurut Direktur Utama PT FSTJ Arief Prasetyo Adi yang hadir dalam pertemuan tersebut, pertemuan membahas ketersediaan pangan menyambut akhir tahun dan awal tahun aman. Kemtan menjamin ketersediaan pangan, sementara Bulog dan FSTJ diminta mengeluarkan stok.

"Dalam pertemuan itu yang dibahas adalah stabilitas harga dan ketersediaan pangan. FSTJ dan Bulog diminta melakukan pengamanan dengan menyalurkan bahan pangan bila terjadi kekurangan," ujarnya, Minggu (10/12).

Untuk memastikan ketersediaan bahan pangan, pemerintah telah meminta Satgas Pangan bekerja optimal mengawasi adanya penyimpangan. Menurut Arief, Satgas Pangan bersedia membantu Bulog dan FSTJ melakukan stabilisasi harga pangan di pasar.

Arief mengakui saat ini, banyak yang ragu soal akurasi ketersediaan pasokan pangan. Apalagi sekarang merupakan musim paceklik. Kendati demikian, dari keterangan Kemtan masih ada daerah yang sedang panen yakni di Makassar, Sulawesi Selatan. "Menteri Pertanian menjamin masih ada panen satu juta ha. Bila panen enam ton per ha, maka akan ada 12 juta ton gabah, dan enam juta ton beras. Itu yang harus dibuktikan ada," ujar Arief.

Namun, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemdag Tjahya Widayanti tidak mengakui adanya pertemuan tersebut. "Tidak ada," ujarnya singkat saat dikonfirmasi KONTAN.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Indonesia Abdullah Mansuri berharap pemerintah memastikan pasokan bahan pangan tetap ada menjelang Natal dan Tahun Baru. Antisipasi dapat dilakukan dengan pemetaan wilayah produksi beras. "Kenaikan harga pangan sudah mulai terasa, jadi pemerintah harus memastikan pasokan dan distribusi pangan tidak terganggu," ujarnya.

Pengamat Pertanian Dwi Andreas Sentosa mengatakan, saat ini pasokan beras di masyarakat dan pedagang terus berkurang. Hal ini karena adanya ketakutan pedagang menyimpan beras karena keberadaan Satgas Pangan. "Pedagang takut dikatakan menimbun. Padahal, menimbun dalam batas wajar kadang diperlukan," katanya. Menurutnya saat ini tengah terjadi artificial stock yang artinya stok beras seolah-olah melimpah padahal kosong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini