JAKARTA. Perum Bulog mengaku tidak akan bisa menekan impor bawang putih. Pasalnya, dari total kebutuhan bawang putih nasional, sebanyak 95%-nya masih dipasok dari impor. Oleh karenanya, impor bawang putih merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh pihaknya. Djarot Kusumayakti, Direktur Utama Perum Bulog menyatakan dalam melakukan impor bawang putih pihaknya harus menggunakan strategi untuk menghindari kenaikan harga karena mengikuti masa panen di luar negeri. Sehingga jangan sampai melakukan impor ketika harga jauh lebih mahal karena belum masa panen. "Bawang putih itu strukturnya 95% mungkin impor, jadi bukan produk lokal. Artinya tetap harus impor sepanjang lokal belum mampu memproduksi seusai kebutuhan," ujarnya saat ditemui KONTAN di Kementerian Perdagangan, Senin (10/7). Asal tahu saja, Bulog telah melakukan impor bawang putih dari Tiongkok sebanyak 1.000 ton bulan lalu. Hal ini untuk menekan harga komoditas bawang putih yang sempat mencapai Rp 70.000 per tonnya. Apalagi Kementerian Perdagangan menginginkan harga komoditas bawang putih dijaga di level Rp 30.000 per kg. "Kemarin kami impor bukan 500 ton tetapi 1.000 ton sudah jalan ya, semoga harganya stabil lah," lanjutnya. Dirinya mengatakan belum ada rencana untuk melakukan impor bawang putih lagi, selain itu Bulog juga belum mendapatkan izin impor lagi. Namun skemanya memang harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional. Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan serangkaian langkah agar harga bawang putih bisa stabil. "Yang bagus mestinya harga stabil supaya tidak maksa (impor), itulah model bisnis yang oleh regulator harganya menjadi stabil. Apakah beli dulu sekarang, ya banyak cara dan model, atau kami beli terus simpan di gudang dan dikeluarkan sesuai kebutuhan," lanjutnya. Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan menyampaikan untuk komoditas bawang putih memang banyak sekali permainan. Salah satunya adalah menggunakan jasa ekspedisi untuk menghindari pajak, oleh karena itu ia mengatakan akan memperketat pengawasan dengan menggandeng aparat berwenang. "Bawang putih juga kami tidak mau dipermainkan, saya sekali lagi tidak akan pernah berikan izin kepada satu kelompok usaha yang akan dominasi pasar, tidak akan pernah," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bulog: Impor bawang putih harus dilakukan
JAKARTA. Perum Bulog mengaku tidak akan bisa menekan impor bawang putih. Pasalnya, dari total kebutuhan bawang putih nasional, sebanyak 95%-nya masih dipasok dari impor. Oleh karenanya, impor bawang putih merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh pihaknya. Djarot Kusumayakti, Direktur Utama Perum Bulog menyatakan dalam melakukan impor bawang putih pihaknya harus menggunakan strategi untuk menghindari kenaikan harga karena mengikuti masa panen di luar negeri. Sehingga jangan sampai melakukan impor ketika harga jauh lebih mahal karena belum masa panen. "Bawang putih itu strukturnya 95% mungkin impor, jadi bukan produk lokal. Artinya tetap harus impor sepanjang lokal belum mampu memproduksi seusai kebutuhan," ujarnya saat ditemui KONTAN di Kementerian Perdagangan, Senin (10/7). Asal tahu saja, Bulog telah melakukan impor bawang putih dari Tiongkok sebanyak 1.000 ton bulan lalu. Hal ini untuk menekan harga komoditas bawang putih yang sempat mencapai Rp 70.000 per tonnya. Apalagi Kementerian Perdagangan menginginkan harga komoditas bawang putih dijaga di level Rp 30.000 per kg. "Kemarin kami impor bukan 500 ton tetapi 1.000 ton sudah jalan ya, semoga harganya stabil lah," lanjutnya. Dirinya mengatakan belum ada rencana untuk melakukan impor bawang putih lagi, selain itu Bulog juga belum mendapatkan izin impor lagi. Namun skemanya memang harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional. Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan serangkaian langkah agar harga bawang putih bisa stabil. "Yang bagus mestinya harga stabil supaya tidak maksa (impor), itulah model bisnis yang oleh regulator harganya menjadi stabil. Apakah beli dulu sekarang, ya banyak cara dan model, atau kami beli terus simpan di gudang dan dikeluarkan sesuai kebutuhan," lanjutnya. Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan menyampaikan untuk komoditas bawang putih memang banyak sekali permainan. Salah satunya adalah menggunakan jasa ekspedisi untuk menghindari pajak, oleh karena itu ia mengatakan akan memperketat pengawasan dengan menggandeng aparat berwenang. "Bawang putih juga kami tidak mau dipermainkan, saya sekali lagi tidak akan pernah berikan izin kepada satu kelompok usaha yang akan dominasi pasar, tidak akan pernah," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News