JAKARTA. Pemerintah dan Perusahaan Umum (Perum) Bulog tengah menjajagi impor beras dari Kamboja.Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengungkapkan, penjajakan dengan Kamboja sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun belum tercapai suatu kesepakatan. “Kami jajaki impor beras dari negara lain untuk menghindari monopoli yang bisa menyebabkan kecenderungan harga naik,” ujarnya, kemarin.Ia menjelaskan, tujuan Bulog melakukan impor beras untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan tidak dikuasai oleh pengusaha bebas seperti komoditas lain. Karena itulah, importasi beras hanya boleh dilakukan oleh Bulog dengan volume yang ditetapkan pemerintah. Kendati demikian, Sutarto membantah akan melakukan penambahan impor beras dari Vietnam. Hal ini terkait rencana Vietnam yang akan mengekspor berasnya ke pasar Asia seperti Cina, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Ia menegaskan sejak bulan Maret, pihaknya sudah menyelesaikan masalah impor beras yang masuk ke Indonesia, sehingga untuk saat ini tidak ada lagi impor, termasuk impor tambahan dari Vietnam.“Seluruh kontrak impor beras untuk tahun lalu sudah seluruhnya masuk ke negara kita, totalnya sebesar 1,892 juta ton. Kami sudah tidak menerima lagi beras impor sejak awal Maret lalu,” tegas Sutarto.Apalagi, lanjut Sutarto, hingga saat ini pemerintah tidak memberikan izin untuk impor tambahan. Adapun impor beras yang sudah masuk ke Indonesia berasal dari Vietnam, Thailand, India, dan Myanmar.Terkait antisipasi kenaikan harga beras, Sutarto mengaku saat ini harga beras dalam kondisi stabil karena sedang masuk musim panen raya. Dengan kondisi harga stabil ini, Bulog menghentikan penyaluran beras operasi pasar (OP) sementara waktu. Karena, saat panen seperti ini Bulog menyerap beras petani dengan harga Rp 6.600 sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang berlaku, sementara Bulog tetap menyalurkan OP dengan harga sekitar Rp 6.100.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bulog jajaki impor beras dari Kamboja
JAKARTA. Pemerintah dan Perusahaan Umum (Perum) Bulog tengah menjajagi impor beras dari Kamboja.Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengungkapkan, penjajakan dengan Kamboja sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun belum tercapai suatu kesepakatan. “Kami jajaki impor beras dari negara lain untuk menghindari monopoli yang bisa menyebabkan kecenderungan harga naik,” ujarnya, kemarin.Ia menjelaskan, tujuan Bulog melakukan impor beras untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan tidak dikuasai oleh pengusaha bebas seperti komoditas lain. Karena itulah, importasi beras hanya boleh dilakukan oleh Bulog dengan volume yang ditetapkan pemerintah. Kendati demikian, Sutarto membantah akan melakukan penambahan impor beras dari Vietnam. Hal ini terkait rencana Vietnam yang akan mengekspor berasnya ke pasar Asia seperti Cina, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Ia menegaskan sejak bulan Maret, pihaknya sudah menyelesaikan masalah impor beras yang masuk ke Indonesia, sehingga untuk saat ini tidak ada lagi impor, termasuk impor tambahan dari Vietnam.“Seluruh kontrak impor beras untuk tahun lalu sudah seluruhnya masuk ke negara kita, totalnya sebesar 1,892 juta ton. Kami sudah tidak menerima lagi beras impor sejak awal Maret lalu,” tegas Sutarto.Apalagi, lanjut Sutarto, hingga saat ini pemerintah tidak memberikan izin untuk impor tambahan. Adapun impor beras yang sudah masuk ke Indonesia berasal dari Vietnam, Thailand, India, dan Myanmar.Terkait antisipasi kenaikan harga beras, Sutarto mengaku saat ini harga beras dalam kondisi stabil karena sedang masuk musim panen raya. Dengan kondisi harga stabil ini, Bulog menghentikan penyaluran beras operasi pasar (OP) sementara waktu. Karena, saat panen seperti ini Bulog menyerap beras petani dengan harga Rp 6.600 sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang berlaku, sementara Bulog tetap menyalurkan OP dengan harga sekitar Rp 6.100.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News