KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan pemerintah mengubah program beras sejahtera (rastra) menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berdampak buruk pada bisnis bulog. Pasalnya, perusahaan pelat merah tersebut mengalami kesulitan dalam menyalurkan beras yang selama ini di serap dari petani. Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar mengatakan, pihaknya saat ini kesulitan menyalurkan beras Bulog setelah program rastra diganti menjadi BPNT. Namun demikian, Bulog tetap optimis karena pemerintah akan memikirkan jalan keluarnya. "Ya pasti ada (kesulitan menyerap), tetapi pemerintah pasti memikirkan hal ini," ujar, Jumat (3/5). Bachtiar menuturkan, saat ini, pemerintah berencana kembali memberikan tunjangan berupa beras kepada aparatur sipil negara (ASN). Nantinya, beras yang diberikan tersebut akan diambil dari Bulog. Meski begitu, rencana ini masih menunggu kebijakan dari pemerintah.
Sejauh ini, Bulog juga masih terus menyalurkan beras yang dimiliki baik melalui operasi pasar maupun dijual secara komersial. Meski demikian, volume penyaluran tersebut tidak sebesar penyaluran rastra sebelumnya. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah memahami kondisi Bulog saat ini. Karena itu, sekarang pemerintah tengah fokus mencari cara supaya Bulog dapat melepas berasnya. "Karena pelepasan beras Bulog tidak ada salurannya seperti dulu, melalui rastra. Dulu rastra 1 bulan sekitar 200.000 ton, penyalurannya bisa sampai 13 kali atau hampir 3 juta ton. Sekarang tidak ada karena BPNT. Nah sekarang tinggal bagaimana kita pikirkan menyalurkannya," ujar Darmin.