Bulog membidik target tinggi di 2013



JAKARTA. Meski pencapaian kinerja 2012 meleset jauh, Perum Bulog tetap memasang target muluk di 2013. Sepanjang tahun ini, Bulog memproyeksikan penjualan komersial mencapai Rp 8,3 triliun, melesat 97,62% dibandingkan penjualan komersial 2012 senilai Rp 4,2 triliun.

"Kenaikan target penjualan komersial ini akan didorong dari usaha jasa, seperti Bulog Mart dan pemanfaatan aset idle," kata Sutarto Ali Moeso, Direktur Utama Bulog, Kamis (3/1).

Sejatinya, kinerja penjualan komersial Bulog sepanjang tahun lalu kurang memuaskan. Soalnya, Bulog memproyeksikan penjualan komersial sebesar Rp 7,1 triliun untuk tahun 2012 , tapi hanya terealisasi Rp 4,2 triliun.


Di tahun lalu, Bulog berharap penjualan komersial ditopang sektor perdagangan senilai Rp 3,2 triliun. Tapi faktanya, penjualan di sektor perdagangan hanya Rp 873,44 miliar. Manajemen beralasan, penjualan tak tercapai karena proyeksi 2012 memperhitungkan pengelolaan gula dan kedelai. Padahal Bulog belum mengelola stabilisasi harga gula dan kedelai.

Sutarto optimistis mampu mencapai target penjualan komersial karena mulai tahun ini Bulog mendapat tugas mengelola kedelai dan gula. Pada 2013, Bulog merencanakan pembelian kedelai sebanyak 400.000 ton dan menjualnya hingga 300.000 ton. Dus, masih ada 100.000 ton kedelai sebagai stok untuk mengendalikan pasokan.

Terkait rencana mengelola kedelai, Bulog tengah melakukan pembicaraan dengan pengusaha koperasi tahu tempe, perbankan dan eksportir negara asal seperti Amerika Serikat dan Brasil. Untuk pengadaan kedelai, Bulog tidak akan bekerjasama dengan importir tetapi langsung ke eksportir di negara asal.

Untuk gula, Bulog berniat membeli dan menjual 110.000 ton gula di tahun ini. Pemerintah memang menunjuk Bulog untuk mengelola gula dan kedelai sejak tahun lalu, "Tetapi peraturannya belum terbit. Kami berharap sudah bisa mengelola gula dan kedelai tahun ini," kata Sutarto.

Selain menggenjot penjualan komersial, Bulog siap mengerek laba konsolidasi. Selama 2013, badan penyangga pangan domestik ini memproyeksikan laba senilai Rp 1,9 triliun. Estimasi ini bisa diperoleh dari kenaikan laba jasa public service obligation (PSO) oleh pemerintah. Atas tugas menyelenggarakan PSO, Bulog meminta margin fee ke pemerintah sebesar 7% hingga 10% dari total penyaluran PSO.

Manajemen menjelaskan, penyaluran PSO tahun ini sekitar Rp 17 triliun. "Jika usulan margin fee dikabulkan, Bulog akan mampu menaikkan laba konsolidasi," kata Sutarto. Dari PSO, Bulog menargetkan meraup laba sesenilai Rp 1,73 triliun.

Namun laba Bulog dari divisi komersial mungkin menyusut. "Tahun ini, laba komersial hanya Rp 139 miliar," prediksi Sutarto. Padahal, per 31 Oktober 2012, Bulog masih mencetak laba komersial Rp 294,47 miliar.

Menurut Sutarto, laba komersial tahun ini menurun lantaran Bulog bakal gencar ekspansi gudang. Badan ini siap membangun enam gudang baru di daerah terpencil (remote area) tapi berpotensi menjadi sentra produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro