Bulog obral 16.000 ton gula rafinasi ke industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keengganan Perum Bulog membeli gula produksi petani dalam negeri terungkap. Dalam sebuah forum rapat yang digelar di Kantor Pusat Bulog lantai I pada Jumat (27/10), Bulog mengungkapkan masih menyimpan 16.000 ton gula kristal rafinasi (GKR) di sejumlah gudang di Jakarta dan Jawa Barat.

Belasan ribu ton gula itu berasal dari Thailand yang diimpor tahun lalu. Dalam rapat tersebut, Bulog menawarkan belasan ribu ton gula tersebut kepada Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi). Periode penawaran berlangsung hingga 31 Desember 2017.

Tahun lalu rata-rata harga gula di pasar global US$ 385 atau Rp 5,1 juta per ton (US$ 1=Rp 13.300).


Tahun lalu Indonesia mengimpor gula untuk memenuhi permintaan dan menekan harga gula yang mencapai Rp 17.000 per kg. Namun, harusnya gula yang diimpor adalah gula konsumsi, bukan gula rafinasi seperti milik BUlog.

Nah, dalam pertemuan tersebut, Bulog juga meyakinkan industri makanan dan minuman bahwa ada 11.000 ton gula rafinasi yang berada di gudang Bulog Divre Jakarta, Kelapa Gading. "Jadi tinggal angkut saja," ujar sumber KONTAN yang tidak mau disebutkan namanya, kemarin.

Masih adanya ribuan gula rafinasi di gudang Bulog diakui oleh Direktur Komersial Bulog Febriyanto. Dia menjelaskan, pihaknya masih memiliki stok gula kristal rafinasi yang siap digunakan industri sebesar 16.000 ton.

Menurutnya gula ini harus dijual untuk menghindari kerugian dan kerusakan. "Gula Bulog harus dijual, kalau disimpan lebih lama bisa rusak," ujarnya.

Atas tawaran ini, Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman belum bisa berkomentar. Dia mengaku masih mempelajari dokumen penawaran penjualan gula rafinasi oleh Bulog tersebut. "Masih coba kami pelajari," katanya.

Gapmmi memang harus jeli melihat asal muasal gula rafinasi yang diimpor oleh Bulog pada tahun lalu ini. Sebab pada tahun 2016, menurut penelusuran KONTAN, pemerintah hanya memberikan kuota impor gula mentah untuk diolah menjadi gula rafinasi sebesar 3,2 juta ton. Dari kuota tersebut yang terealisasi sekitar 2,67 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina