JAKARTA. Rencana PT Perusahaan Umum (Perum) Bulog mengekspor 100.000 ton beras sudah memasuki tahap akhir. Jika tak ada hambatan, mulai bulan depan, perusahaan pelat merah ini akan mulai mengirimkan beras dengan kualitas super ke lima negara tujuan. Bulog juga memastikan akan langsung mengekspor beras sendiri, tanpa melalui perusahaan swasta sebagai perantara, sebagaimana rencana semula. Ini perubahan yang cukup menarik. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Kantor Bulog, Rabu (4/2) lalu, Mustafa mengatakan akan menggandeng perusahaan swasta dalam melakukan ekspor. Caranya, Bulog dan usaha swasta itu membentuk sebuah perusahaan patungan (joint venture). Lantas di mana posisi perusahaan swasta dalam proses ekspor ini? Mustafa bilang, perusahaan swasta akan berfungsi sebagai pemasok (supplier) beras. "Sudah ada belasan supplier yang mendaftar," kata Mustafa kepada KONTAN kemarin. Menanti izin Belum jelas benar, Bulog akan memilih berapa banyak pemasok. Yang pasti, perusahaan itu harus mampu memenuhi sejumlah kriteria. Antara lain: bonafid, punya manajemen yang baik, dan tentu saja mampu menyediakan beras dengan jumlah dan kualitas sesuai permintaan Bulog. Sumber KONTAN yang mengetahui proses ini membisikkan, para pemasok ini adalah pemain yang sudah lama berkecimpung dalam bisnis ekspor-impor beras. "Mereka juga sudah pernah mengikuti tender impor beras dua tahun lalu," katanya. Yang seru, diantara perusahaan pemasok ini ada yang milik salah satu pejabat tinggi. Selain pemasok, Bulog juga telah menunjuk tiga pembeli yang siap menampung beras kelas wahid ini. Menurut Mustafa, importir inilah nantinya yang akan menyebarkan beras itu ke Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Hong Kong, dan Jepang. "Bulog akan menjual sesuai harga pasar," imbuh Mustafa. Tapi masih ada satu masalah yang mengganjal Bulog. Departemen Perdagangan belum menerbitkan izin ekspor beras. Jika bulan ini izin tersebut terbit, Bulog bisa melakukan ekspor mulai Maret hingga April mendatang. Hingga semalam, KONTAN belum mendapat konfirmasi dari Direktur Jenderal Perdagangan Luar negeri Departemen Perdagangan Diah Maulida soal penerbitan izin ini. Meski setuju dengan ekspor beras, sejumlah asosiasi petani mengingatkan agar Bulog tak melupakan kewajibannya menyerap beras petani. "Seharusnya Bulog memastikan stok beras di gudangnya aman dulu, baru mengekspor," kata Agusdin Pulungan Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti). Soeryo, Direktur Induk Koperasi Petani dan Nelayan (Inkoptan) menyampaikan pandangan senada. Menurut Soeryo, Bulog sebaiknya memastikan dulu ada cadangan beras 3,2 juta ton di gudangnya. Oleh karena itu, Bulog sebaiknya mengekspor setelah panen raya usai, yaitu setelah bulan April. "Kalau ekspor sekarang, cadangan beras kan baru asumsi," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bulog Siap Ekspor Beras Kualitas Super
JAKARTA. Rencana PT Perusahaan Umum (Perum) Bulog mengekspor 100.000 ton beras sudah memasuki tahap akhir. Jika tak ada hambatan, mulai bulan depan, perusahaan pelat merah ini akan mulai mengirimkan beras dengan kualitas super ke lima negara tujuan. Bulog juga memastikan akan langsung mengekspor beras sendiri, tanpa melalui perusahaan swasta sebagai perantara, sebagaimana rencana semula. Ini perubahan yang cukup menarik. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Kantor Bulog, Rabu (4/2) lalu, Mustafa mengatakan akan menggandeng perusahaan swasta dalam melakukan ekspor. Caranya, Bulog dan usaha swasta itu membentuk sebuah perusahaan patungan (joint venture). Lantas di mana posisi perusahaan swasta dalam proses ekspor ini? Mustafa bilang, perusahaan swasta akan berfungsi sebagai pemasok (supplier) beras. "Sudah ada belasan supplier yang mendaftar," kata Mustafa kepada KONTAN kemarin. Menanti izin Belum jelas benar, Bulog akan memilih berapa banyak pemasok. Yang pasti, perusahaan itu harus mampu memenuhi sejumlah kriteria. Antara lain: bonafid, punya manajemen yang baik, dan tentu saja mampu menyediakan beras dengan jumlah dan kualitas sesuai permintaan Bulog. Sumber KONTAN yang mengetahui proses ini membisikkan, para pemasok ini adalah pemain yang sudah lama berkecimpung dalam bisnis ekspor-impor beras. "Mereka juga sudah pernah mengikuti tender impor beras dua tahun lalu," katanya. Yang seru, diantara perusahaan pemasok ini ada yang milik salah satu pejabat tinggi. Selain pemasok, Bulog juga telah menunjuk tiga pembeli yang siap menampung beras kelas wahid ini. Menurut Mustafa, importir inilah nantinya yang akan menyebarkan beras itu ke Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Hong Kong, dan Jepang. "Bulog akan menjual sesuai harga pasar," imbuh Mustafa. Tapi masih ada satu masalah yang mengganjal Bulog. Departemen Perdagangan belum menerbitkan izin ekspor beras. Jika bulan ini izin tersebut terbit, Bulog bisa melakukan ekspor mulai Maret hingga April mendatang. Hingga semalam, KONTAN belum mendapat konfirmasi dari Direktur Jenderal Perdagangan Luar negeri Departemen Perdagangan Diah Maulida soal penerbitan izin ini. Meski setuju dengan ekspor beras, sejumlah asosiasi petani mengingatkan agar Bulog tak melupakan kewajibannya menyerap beras petani. "Seharusnya Bulog memastikan stok beras di gudangnya aman dulu, baru mengekspor," kata Agusdin Pulungan Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti). Soeryo, Direktur Induk Koperasi Petani dan Nelayan (Inkoptan) menyampaikan pandangan senada. Menurut Soeryo, Bulog sebaiknya memastikan dulu ada cadangan beras 3,2 juta ton di gudangnya. Oleh karena itu, Bulog sebaiknya mengekspor setelah panen raya usai, yaitu setelah bulan April. "Kalau ekspor sekarang, cadangan beras kan baru asumsi," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News