Bulog siap menadah kedelai lokal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) akan melakukan pembatasan impor kedelai mulai tahun 2018. Hal itu dilakukan untuk mendorong peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Untuk menyukseskan rencana itu, Perum Bulog juga telah menyiapkan infrastruktur berupa pembangunan 13 gudang kedelai di sejumlah sentra kedelai.

Untuk pembangunan gudang kedelai ini, Bulog menyiapkan anggaran sebesar Rp 78 miliar. Itu berarti untuk setiap gudang kedelai, Bulog mengeluarkan dana investasi sekitar Rp 6 miliar. Salah satu gudang kedelai yang sudah disiapkan Bulog terletak di Sidoarjo, Jawa Timur. Gudang ini dibangun di atas lahan seluas 1.792 meter persegi.

Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan gudang-gudang kedelai Bulog dibangun di 13 lokasi yang selama ini menjadi sentra produksi kedelai dalam negeri. Dia menjelaskan, setiap gudang disiapkan untuk menampung 3.500 ton kedelai. "Gudang ini juga disiapkan untuk menampung kedelai yang dibeli dari petani lokal," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (8/11).


Pembangunan gudang tersebut akan menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN). Sebab sebelumnya Bulog telah mendapatkan dana PMN sebesar Rp 2 triliun pada tahun 2016. Selain membangun gudang kedelai, dana tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur.

Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum Perum Bulog Wahyu Suparyono menambahkan, sebagai operator pihaknya harus siap bila ada penugasan dari pemerintah untuk menyerap kedelai. "Sejauh ini belum ada penugasan resmi menyerap kedelai, tapi pemerintah telah menyusun rencana swasembada kedelai untuk tahun depan, jadi kami juga harus menyiapkan infrastrukturnya," tandasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan Kemtan Maman Suherman mengatakan, pemerintah berupaya menuju swasembada kedelai. Untuk itu pada 2018, Kemtan menargetkan produksi kedelai dalam negeri bisa mencapai 2,9 juta ton dari tahun 2016 yang hanya 859.653 ton. "Kemtan menyiapkan tambahan lahan 500.000 ha untuk tanaman kedelai," ujarnya. 

Tolak pembatasan 

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin khawatir pembatasan impor kedelai akan berdampak pada pelaku usaha tahu dan tempe. Pasalnya selama ini produksi kedelai dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan sebesar 3 juta ton per tahun. "Gakoptindo tidak percaya target produksi kedelai yang dibuat Kemtan tahun 2018 akan tercapai," katanya.

Berdasarkan data yang dimiliki Gapkoptindo, saat ini panen kedelai hanya sebesar 800.000 ton. Karena itu, upaya Kemtan menggenjot produksi dalam waktu yang relatif singkat menjadi 3 juta ton akan sangat sulit dicapai.

Karena itu Gakoptindo menolak bila Kemtan tetap melakukan pembatasan impor kedelai. Sebab hal itu berdampak terhadap pengrajin tahu tempe. Minimnya produksi kedelai bakal membuat bisnis tahu dan tempe bangkrut.

Selain pasokan yang terbatas, harga kedelai lokal juga lebih tinggi. Saat ini harga kedelai lokal mencapai Rp 8.000–Rp 8.500 per kg, lebih tinggi dibandingkan harga kedelai impor masih yang stabil di harga Rp 6.300–Rp 6.500 per kg dari gudang importir. Sementara harga kedelai eceran mencapai Rp 10.000 per kg.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Denny Indrajaja mengaku pihaknya tidak terlalu terganggu bila Kemtan membatasi impor kedelai. Pasalnya perusahaan ternak lebih banyak menggunakan bungkil kedelai. "Impor kedelai tidak ada hubungannya dengan produksi pakan ternak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini