Bulog siap serap 705.000 ton jagung



JAKARTA. Untuk sementara, ribut-ribut soal jagung impor bisa diredam, setelah Perum Bulog ditugaskan menyerap jagung impor milik para importir pakan sebanyak 445.000 ton yang sudah masuk di pelabuhan. Namun, pada waktu bersamaan, Bulog juga sudah menandatangani kontrak pembelian jagung dari negara lain sebesar 2.600 ton. 

Karena itu, bila tidak ada kebijakan baru, Bulog akan menyerap jagung sebanyak 705.000 ton selama kuartal I 2016 atau melampaui kuota penugasan yang ditetapkan pemerintah sebesar 600.000 ton.

Hal ini terjadi karena kebijakan mendadak dari pemerintah yang meminta Bulog menyerap jagung importir yang telah terlanjur mendatangkan jagung ke Indonesia sementara tidak bisa dibongkar karena tidak ada izinnya.


Untuk jagung para importir itu, disepakati, Bulog membeli jagung tersebut dan membayar semua biaya yang dikeluarkan importir plus Bulog mengambil keuntungan 2%. Maka total harga rata-rata jagung sebesar Rp 3.200 per kilogram (kg).

Setelah itu, ketika jagung tersebut sudah keluar dari pelabuhan dan menjualnya ke sejumlah industri pakan ternak, berukuran kecil maupun besar, Bulog melepasnya dengan harga rata-rata Rp 3.500 per kg jagung curah dan Rp 3.600 per kg untuk jagung karung.

Harga itu naik dari harga dipelabuhan karena Bulog harus mengeluarkan biaya transportasi dan gudang, plus biaya karung untuk jagung yang sudah dimasukkan ke karung sehingga harganya lebih mahal ketimbang jagung curah.

Direktur Utama Bulog Djarot mengatakan, harga tersebut termasuk lebih murah ketimbang harga jagung di pasaran saat ini yang rata-rata berada di kisaran Rp 6.500 - Rp 7.000 per kg. Untuk menyimpang jagung tersebut, Bulog menggundang gudang sendiri dan sisanya menyewa gudang swasta.

Djarot mengakui, keputusan menyerap jagung para importir pakan ternak ini dilakukan tiba-tiba sehingga Bulog sudah terlanjut membuat kontrak pembelian jagung dengan produsen dari Argentina dan Brazil. "Sebanyak 2.600 ton sudah kita tandatangani kontrak pembeliannya, kalau dibatalkan ada biaya yang harus dikeluarkan," ujar Djarot saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (2/2).

Djarot mengakui, bila dihitung volume pembelian jagung Bulog saat ini, jumlahnya 705.000 ton dan sudah melampauhi kuota yang ditugaskan pemeritah sebanyak 600.000 ton. Terkait kelebihan kuota ini, Djarot telah menyampaikannya secara lisan kepada Kementerian Perdagangan (Kemdag). 

Namun, sampai saat ini belum ada keputusan apakah Bulog meneruskan kontrak pembelian 2.600 ton dengan konsekuensi adanya penambahkan kuota penugasan Bulog atau membatalkannya dengan konsekuensi adanya biaya pembatalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan