JAKARTA. Lagi-lagi pengiriman 300.000 ton beras dari Thailand ke Indonesia tertunda dengan alasan banjir yang melanda negeri Gajah Putih itu.Namun, Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan, pengiriman yang terkatung-katung ini lebih disebabkan oleh alasan harga yang dinilai terlalu rendah oleh pemerintah baru Thailand bukan karena bencana alam.Meski banjir kali ini diperkirakan membuat Thailand kehilangan panen hingga 1 juta ton, tetapi stok beras sebenarnya masih ada di gudang para eksportir. Pasalnya, Bulog baru saja menandatangani kontrak pengadaan beras komersial sebanyak 100.000 ton, Rabu (12/10) dan akan dikirim dalam waktu dekat."Kontrak ini business to business. Saya harap karena tanda tangan akan dilakukan hari ini, maka dalam satu hinga dua hari ini mereka sudah merancang untuk pengiriman. Kalau pengalaman dengan Vietnam biasanya tidak sampai dua minggu sudah sampai," kata Sutarto ketika dihubungi, Rabu (12/10).Mengenai kontrak perdagangan beras 300.000 ton yang di bawah kerjasama antar pemerintah, Sutarto mengatakan masih terus berusaha mencari kejelasan apakah impor akan dilakukan. Sutarto mengaku Bulog telah dua kali mengirimkan surat untuk menanyakan mengenai pengiriman beras tersebut, meskipun kontrak pemasukan ini berlaku sampai Desember. Surat terakhir menurutnya dikirimkan September lalu.Meskipun masih berharap pemerintah Thailand tak ingkar janji, Sutarto mengaku sedang mengkaji rencana cadangan jika kontrak kerja sama ini batal. Salah satunya dengan menjajaki kerja sama dengan India untuk pengadaan beras untuk cadangan pangan.Saat ini persediaan beras Bulog cukup untuk 4,5 bulan ke depan dengan rata-rata penyaluran 260.000 ton hingga 300.000 ton per bulan. Hingga 12 Oktober 2011, penyaluran beras Operasi Pasar (OP) sudah mencapai 207.000 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bulog teken kontrak impor beras business to business dengan Thailand
JAKARTA. Lagi-lagi pengiriman 300.000 ton beras dari Thailand ke Indonesia tertunda dengan alasan banjir yang melanda negeri Gajah Putih itu.Namun, Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan, pengiriman yang terkatung-katung ini lebih disebabkan oleh alasan harga yang dinilai terlalu rendah oleh pemerintah baru Thailand bukan karena bencana alam.Meski banjir kali ini diperkirakan membuat Thailand kehilangan panen hingga 1 juta ton, tetapi stok beras sebenarnya masih ada di gudang para eksportir. Pasalnya, Bulog baru saja menandatangani kontrak pengadaan beras komersial sebanyak 100.000 ton, Rabu (12/10) dan akan dikirim dalam waktu dekat."Kontrak ini business to business. Saya harap karena tanda tangan akan dilakukan hari ini, maka dalam satu hinga dua hari ini mereka sudah merancang untuk pengiriman. Kalau pengalaman dengan Vietnam biasanya tidak sampai dua minggu sudah sampai," kata Sutarto ketika dihubungi, Rabu (12/10).Mengenai kontrak perdagangan beras 300.000 ton yang di bawah kerjasama antar pemerintah, Sutarto mengatakan masih terus berusaha mencari kejelasan apakah impor akan dilakukan. Sutarto mengaku Bulog telah dua kali mengirimkan surat untuk menanyakan mengenai pengiriman beras tersebut, meskipun kontrak pemasukan ini berlaku sampai Desember. Surat terakhir menurutnya dikirimkan September lalu.Meskipun masih berharap pemerintah Thailand tak ingkar janji, Sutarto mengaku sedang mengkaji rencana cadangan jika kontrak kerja sama ini batal. Salah satunya dengan menjajaki kerja sama dengan India untuk pengadaan beras untuk cadangan pangan.Saat ini persediaan beras Bulog cukup untuk 4,5 bulan ke depan dengan rata-rata penyaluran 260.000 ton hingga 300.000 ton per bulan. Hingga 12 Oktober 2011, penyaluran beras Operasi Pasar (OP) sudah mencapai 207.000 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News