BUMI akan membantu BRMS bayar utang BRMS



JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) harus mencari cara untuk membayar utang yang bakal jatuh tempo dalam waktu kurang dari sebulan.

Perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie itu mesti membayar utang jangka pendek senilai US$ 116,56 juta kepada Credit Suisse AG, Singapura (Credit Suisse), pada 19 April 2014 mendatang.

Merujuk pada laporan keuangan 2013 yang dirilis pekan lalu, BRMS menjajaki dua skenario untuk menyiasati jatuh tempo utang tersebut. Pertama, BRMS akan meminta dukungan finansial dari sang induk, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).


BRMS mengklaim telah menerima surat dari BUMI yang berisi kesanggupan membantu pembayaran fasilitas utang yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Namun, Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI belum bisa memastikan jumlah bantuan dana yang akan diberikan kepada anak usahanya itu.

BUMI, saat ini, sedang fokus menyelesaikan restrukturisasi utang dengan China Investment Corporation (CIC). Pekan lalu, BUMI memang sudah memperoleh restu dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) atas tiga poin yang menjadi klausul pendukung restrukturisasi utang, yaitu divestasi sebagian saham beberapa anak usaha, pengalihan aset, dan perubahan struktur modal perusahaan.

"Kami akan menunggu penyelesaian kesepakatan dengan CIC, baru mengkaji klausul dari fasilitas utang yang terkait (dengan BRMS) dan mengambil tindakan yang tepat," kata Dileep, Jumat (4/4).

Selanjutnya, strategi kedua dari BRMS adalah kembali meminta perpanjangan utang yang bakal jatuh tempo. Jika dicermati, BRMS telah beberapa kali menegosiasikan utang Credit Suisse itu.

Awalnya, perjanjian pinjaman bernilai pokok US$ 100 juta itu ditandatangani kedua belah pihak pada 14 Juni 2012. Masa jatuh tempo pun relatif singkat, yaitu 12 bulan sejak penarikan dana dan dapat diperpanjang maksimal hingga 19 September 2013. Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, BRMS mengambil opsi untuk memperpanjang jatuh tempo hingga 19 September 2013.

BRMS ternyata tidak mampu melunasi utang itu sesuai dengan jatuh tempo. Pada 25 September 2013, Credit Suisse menyetujui untuk memperpanjang jatuh tempo selama tiga bulan sampai dengan 19 Desember 2013.

Perpanjangan tidak hanya berhenti hingga di situ. Kedua belah pihak kembali setuju untuk memperpanjang jangka waktu pinjaman hingga tanggal 19 April 2014. Bersamaan dengan itu, beberapa klausul pinjaman telah diubah, terutama terkait nilai pokok beserta besaran bunga. Fasilitas itu dikenai bunga sebesar London Interbank Offered Rate (LIBOR) ditambah 6% per tahun dan dibayarkan setiap triwulan. Pada 2012 dan 2013, BRMS telah membayar bunga pinjaman masing-masing US$ 3,63 juta dan US$ 26,84 juta.

Analis Trust Securities, Reza Priyambada menilai, strategi yang sedang dijajaki BRMS untuk membayar utang perlu dikritisi lebih lanjut, apalagi bantuan keuangan berasal dari BUMI. Sebab, laporan keuangan BUMI juga masih dibebani utang yang menggunung. "Jika yang dimaksud bantuan keuangan itu dalam bentuk dana, tentunya malah akan memberatkan BUMI," terang Reza.

Di sisi lain, opsi BRMS untuk melunasi utang yang bakal jatuh tempo juga kian terbatas. BRMS sebenarnya sudah mengambil opsi divestasi dua anak usaha yang diharap mendatangkan dana untuk membayar utang. Faktanya, BRMS malah rugi US$ 58 juta dari keputusannya menjual Bumi Mauritania S.A. dan Tamagot Bumi S.A. Imbasnya, di tahun 2013, rugi bersih BRMS membengkak menjadi US$ 121,15 juta. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, rugi bersih BRMS tercatat masih US$ 29,72 juta.

Dengan kondisi tersebut, Reza bilang, opsi yang paling memungkinkan untuk melunasi utang adalah dengan mengonversinya menjadi saham BRMS maupun anak usaha. "Dengan kian minimnya kepercayaan dari berbagai pihak, opsi konversi utang jadi saham bisa menjadi pilihan BRMS," ungkap Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie