BUMI akan tuntaskan utang US$ 1,3 miliar di CIC



JAKARTA. Ada saja cara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) untuk lolos dari jeratan utang. Kabar terbaru, manajemen BUMI menginformasikan telah meneken perjanjian penyelesaian utang senilai US$ 1,3 miliar dengan China Investment Corporation (CIC). Utang itu akan jatuh tempo tahun 2014 dan 2015.Penyelesaian utang itu dilakukan melalui tiga skema. Pertama, BUMI akan menukar sebagian utang US$ 1,3 miliar tersebut dengan kepemilikan saham di beberapa anak usaha. Rinciannya, BUMI sepakat menyerahkan 42% saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), 19% saham masing-masing di PT Kaltim Prima Coal (KPC), Indocoal Resources Ltd, dan PT Indocoal Kaltim Resources. Jumlah ini masih ditambah dengan saham baru BUMI yang akan diterbitkan senilai US$ 150 juta.Skema barter saham itu tak lantas melunasi seluruh utang BUMI ke CIC. Sebab, ada skema kedua yang menyebutkan BUMI akan membayar sisa utang ke CIC yang jumlahnya tidak diinformasikan dengan skema lain.Adapun skema ketiga, CIC sepakat mengkonversi sisa utang ke BUMI menjadi pinjaman baru. Tenor pinjaman baru sudah disepakati selama tiga tahun dengan suku bunga kompetitif tanpa menyebutkan detailnya.BUMI berharap, perjanjian ini dapat memenuhi sasaran pengurangan utang dan mempercepat pertumbuhan aset sumber dayanya. "BUMI percaya penyelesaian sisa utang akan mengembalikan dan meningkatkan nilai perusahaan dan pemangku kepentingan," tulis Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI dalam keterangan tertulisnya, kemarin.Utang tetap jadi momokSejumlah alur skema yang diungkapkan di atas, sekaligus mengakhiri ketidakjelasan rencana divestasi anak usaha BUMI. Sejak tiga tahun lalu, BUMI memang selalu mengemukakan rencana untuk menjual sebagian saham BRMS. Rencana ini sempat hampir terwujud pada tahun 2011 silam.Pada 10 Juni 2011, BUMI menandatangani perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales and purchase conditions (CSPA) dengan anak usaha Bumi Plc, Vallar Investments UK Limited. Isi CSPA itu adalah BUMI bersedia menjual 75,1% saham BRMS kepada Vallar.Nilai penjualan tersebut awalnya sejumlah US$ 2 miliar. Namun, pada 17 Oktober 2011, BUMI memutuskan untuk menunda penjualan tersebut. Akhirnya, penjualan tersebut diakhiri pada 31 Desember 2011. Rencana itu kemudian tidak jelas kelanjutannya hingga akhirnya muncullah perjanjian baru ini.Sayangnya, manajemen BUMI masih enggan menjelaskan lebih jauh valuasi 42% saham BRMS dan masing-masing 19% saham tiga anak usaha itu yang akan ditukar dengan utang CIC. Dileep tidak merespon pertanyaan yang dilayangkan KONTAN lewat surat elektronik.Janson Nasrial, analis AAA Securities menilai, skema barter utang dengan saham anak usaha menjadi sentimen positif. Ini bakal mengurangi jumlah utang plus beban bunga BUMI. Persoalannya, sisa utang BUMI di luar CIC juga masih besar.BUMI, misalnya, masih punya utang obligasi konversi (convertible bonds) senilai US$ 375 juta. Obligasi tersebut diterbitkan anak usaha BUMI, Enercoal Resources pada 5 Agustus 2009. Kupon obligasi yang bakal jatuh tempo di 5 Agustus 2013, tercatat 9,25% per tahun.Hingga kini, belum jelas nasib obligasi tersebut. Obligasi ini memang bisa dikonversi menjadi saham BUMI dengan nilai Rp 3.366,9 per saham. "BUMI perlu menjelaskan skema penyelesaian utang di luar CIC," terang Janson.Kemarin, harga saham BUMIĀ  melejit 6,59% menjadi Rp 485 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yuwono Triatmodjo