BUMI akhirnya melepas Gallo Oil



JAKARTA. Nasib aset pertambangan minyak milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di Republik Yaman berakhir sudah. BUMI tengah memproses pelepasan Gallo Oil (Jersey) Ltd, karena sejak diakuisisi pada tahun 1999 silam, aset itu belum juga memberikan keuntungan.

Direktur Utama BUMI Ari S. Hudaya berdalih, banyaknya permasalahan geopolitik di negara itu menyebabkan BUMI tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan Gallo Oil. Pemerintah Yaman dinilai sudah tidak memiliki komitmen terhadap aset tersebut.

Sehingga, BUMI yang memiliki langsung 100% saham Gallo Oil akan menawarkan hak partisipasinya. "Di Gallo Oil kami sudah out. Sebenarnya sejak tahun lalu menyetop produksinya, karena sudah tidak ada kejelasan lagi. Saat ini kami sedang proses pelepasan," ujar Ari, Kamis (23/2).


Sudah tentu, BUMI rugi besar karena aset yang dibeli 17 tahun silam ini tak pernah memberi untung sepeser pun. Kerugian BUMI berasal dari biaya eksplorasi yang dikeluarkan untuk menggali hasil bumi dari Gallo Oil. Ari menyebutkan, nilai kerugian yang berasal dari eksplorasi itu mencapai US$ 300 juta.

BUMI mengambilalih Gallo Oil melalui aksi korporasi penerbitan saham baru (rights issue). Kala itu, BUMI menerbitkan saham baru sebanyak 18,61 miliar. Aksi ini menimbulkan efek dilusi hingga 95,92%. Bertindak sebagai pembeli siaga adalah Long Haul Holdings Ltd. Namun, rights issue itu ternyata sepi peminat.

Saham baru BUMI hanya terjual 100 saham. Konsekuensinya, Long Haul memborong 14,34 miliar saham senilai Rp 7,17 triliun. Adapun sisa 4,27 miliar saham diambil Minarak Labuan Co Ltd, nilainya Rp 2,13 triliun. BUMI pun mendapat dana dari rights issue Rp 9,31 triliun.

Tapi dari jumlah itu, BUMI hanya menerima dana tunai Rp 60 miliar. Saham senilai Rp 9,25 triliun dibayar dengan saham Gallo Oil. Usut punya usut, ternyata BUMI dan pemilik Gallo Oil, yakni Long Haul dan Minarak Labuan, pada 21 Oktober 1999 telah menyepakati transaksi jual beli Gallo Oil. Saat itu, BUMI merilis promissory note Rp 9,25 triliun.

Alhasil, Long Haul per akhir Desember 2000 menjadi pemilik 73,01% saham BUMI. Sedangkan Minarak Labuan menggenggam 21,99% saham BUMI. Long Haul rupanya merupakan afiliasi Grup Bakrie lewat kolaborasinya masuk Bumi Plc. Demikian juga dengan Minarak Labuan Co Ltd.

Ari menjelaskan, sebenarnya BUMI sempat menemukan cadangan gas sekitar 10 trillion cubic feet (TCF). "Tetapi ya bagaimana cara mengambilnya. Ini ada di daerah perang. Pemerintah di sana juga bingung mau bagaimana," imbuh dia.

Ari mengatakan, kerugian dari Gallo Oil itu terhitung sebagai impairment loss alias kerugian penurunan nilai aset. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi laporan laba rugi perseroan.

Analis BCA Sekuritas, Aditya Eka Prakasa menilai, usai merestrukturisasi utangnya, BUMI berpeluang memperbaiki corporate governance. Pasalnya, kreditur akan mendapat tempat di jajaran direksi dan komisaris BUMI. Ia bilang, sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia, saham BUMI masih cukup murah, yang ditransaksikan dengan PE 10,6 kali, lebih murah dibanding industri sebesar 14,5 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie