JAKARTA. Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat laba bersih tahun buku 2016 sebesar US$ 100,6 juta setelah mencatatkan rugi pada tahun sebelumnya hingga mencapai US$ 2 miliar . Presiden Direktur Ari Saptari Hudaya mengatakan, kinerja positif itu didukung dari beberapa strategi yang sudah diterapkan perseroan, salah satunya adalah dengan menekan biaya beban produksi. "Jadi, Itu salah satu kuncinya, mengapa kinerja BUMI bisa positif pada tahun 2016," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa pereseroan menekan biaya produksi terutama pada porsi biaya bahan bakar terhadap biaya kas produksi perusahaan. Tercatat porsi biaya bahan bakar 2016. Dalam laporan keuangan BUMI tercatat, biaya bahan bakar di 2016 hanya US$ 3,8 per ton batu bara dari biaya bahan bakar di 2015 sebesar US$ 5,6 per ton batu bara. "Kita memang tidak bisa kontrol harga, tapi kita bisa menekan penggunaannya, kita juga sudah bangun 'powerplant' dalam rangka efisiensi. Efisiensi untk menekan 'cost' akan kami lakukan terus," katanya. Di tengah penurunan harga batubara saat ini, Ari Saptari Hudaya mengatakan bahwa pihaknya tetap melayani permintaan konsumen. Hal itu dilakukan untuk menjaga kepercayaan sebagai perusahaan tambang di Tanah Air. "Banyak perusahaan yang tidak konsisten mengirim batubara ke klien-nya. Tapi, kami tetap komitmen melayani pelanggan," katanya.
Ari Saptari Hudaya juga mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) untuk mengembangkan aset - aset yang dimiliki. Ia menyampaikan bahwa konsesi tambang yang dimiliki BRMS saat ini adalah Gorontalo Minerals (Gold & Copper Mining), Citra Palu Minerals (Gold Mining), Dairi Prima Minerals (Zinc, Lead) dan Bumi Japan. "Kalau yang Bumi Japan sudah 100 persen, sedangkan lainnya masih proses menunggu izin dari pemerintah untuk produksi. Kita berharap izinnya keluar tahun ini, jadi bisa langsung dikembangkan. Kita sudah siapkan semuanya baik 'software' maupun 'hardware'," katanya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto