JAKARTA. G-Resources Group, perusahaan tambang emas asal Hong Kong berhasil melakukan uji coba pabrik pengolahan biji emas dan perak di Martabe, Sumatera Utara. Batangan emas bercampur perak pertama dihasilkan dari tungku di ruang pengolahan bijih, Selasa 24 Juli 2012. "Ini menandai tonggak sejarah amat penting dalam perjalanan Tambang Emas Martabe menjadi tambang emas berkelas dunia yang pertama berproduksi di Sumatera Utara," ujar Katarina Hardono, Manajer Komunikasi G-Resources Martabe, dalam siaran pers, Kamis (26/7). Katarina mengatakan, acara penuangan emas pertama disaksikan oleh Chiu Tao, Chairman G-Resources Group Ltd didampingi Wakil Chairman Owen Hegarty dan serta direksi G-Resources yang lainnya. Hadir juga Bupati Tapanuli Selatan dan jajaran staf kabupaten, perwakilan pemerintah Propinsi Sumatera Utara, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat. "Peristiwa ini merupakan puncak kerja keras dan dedikasi karyawan seluruh mitra kerja G-Resources selama tiga tahun terakhir,” kata ujar Katarina. Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini beberapa proses akhir produksi dan sarana penunjang terkait masih harus diselesaikan, sementara tambang dan pabrik pengolahan akan terus meningkatkan kapasitas hingga berproduksi penuh dalam beberapa bulan ke depan. Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam ("CoW") yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe memiliki sumber daya 7,86 juta oz emas dan 73,48 juta oz perak. Pabrik pengolahan yang sudah mulai diuji coba ini akan memiliki kapasitas produksi 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak. Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar 95%, dan sisanya sebesar 5% dipegang PT Artha Nugraha Agung, yang 70% sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30% dimiliki Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Menurut Katarina, ada 1.500 orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70%-nya direkrut dari masyarakat di sepuluh desa di sekitar tambang. "Tambang Emas Martabe mendapat dukungan kuat dari pemerintah pusat, provinsi, dan daerah serta masyarakat di Batang Toru dan sekitarnya," jelasnya.
Bumi Martabe mulai menyemburkan batangan emas
JAKARTA. G-Resources Group, perusahaan tambang emas asal Hong Kong berhasil melakukan uji coba pabrik pengolahan biji emas dan perak di Martabe, Sumatera Utara. Batangan emas bercampur perak pertama dihasilkan dari tungku di ruang pengolahan bijih, Selasa 24 Juli 2012. "Ini menandai tonggak sejarah amat penting dalam perjalanan Tambang Emas Martabe menjadi tambang emas berkelas dunia yang pertama berproduksi di Sumatera Utara," ujar Katarina Hardono, Manajer Komunikasi G-Resources Martabe, dalam siaran pers, Kamis (26/7). Katarina mengatakan, acara penuangan emas pertama disaksikan oleh Chiu Tao, Chairman G-Resources Group Ltd didampingi Wakil Chairman Owen Hegarty dan serta direksi G-Resources yang lainnya. Hadir juga Bupati Tapanuli Selatan dan jajaran staf kabupaten, perwakilan pemerintah Propinsi Sumatera Utara, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat. "Peristiwa ini merupakan puncak kerja keras dan dedikasi karyawan seluruh mitra kerja G-Resources selama tiga tahun terakhir,” kata ujar Katarina. Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini beberapa proses akhir produksi dan sarana penunjang terkait masih harus diselesaikan, sementara tambang dan pabrik pengolahan akan terus meningkatkan kapasitas hingga berproduksi penuh dalam beberapa bulan ke depan. Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam ("CoW") yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe memiliki sumber daya 7,86 juta oz emas dan 73,48 juta oz perak. Pabrik pengolahan yang sudah mulai diuji coba ini akan memiliki kapasitas produksi 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak. Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar 95%, dan sisanya sebesar 5% dipegang PT Artha Nugraha Agung, yang 70% sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30% dimiliki Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Menurut Katarina, ada 1.500 orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70%-nya direkrut dari masyarakat di sepuluh desa di sekitar tambang. "Tambang Emas Martabe mendapat dukungan kuat dari pemerintah pusat, provinsi, dan daerah serta masyarakat di Batang Toru dan sekitarnya," jelasnya.