KONTAN.CO.ID - Para peneliti lingkungan kompak mengatakan bahwa Bumi sedang ada dalam fase terpanasnya dalam sejarah modern. Fase ini berlangsung setidaknya sejak awal pekan ini. "Ini terlalu jauh dari apa yang telah diamati sehingga sulit untuk memahaminya. Ini seperti tidak nyata," kata rian McNoldy, seorang ilmuwan peneliti senior di University of Miami, dikutip
New York Times. Lonjakan suhu ini terjadi ketika para pengamat memperingatkan bahwa Bumi dapat memasuki periode panas luar biasa selama bertahun-tahun yang didorong oleh dua faktor utama, yaitu emisi berkelanjutan dari gas yang memerangkap panas dan kembalinya fenomena cuaca El Nino.
"Planet ini baru saja mengalami bulan Juni terhangat yang pernah tercatat. Gelombang panas yang mematikan menyerang Texas, Meksiko, dan India. Di lepas pantai Antartika, permukaan es laut tahun ini telah anjlok ke rekor terendah," lanjut para peneliti.
Baca Juga: Inilah Hari Terpanas di Dunia, di Afrika Utara Suhu Mendekati 50 derajat Celcius Sementara itu, di Atlantik Utara, temperatur lautan menjadi sangat panas. Suhu permukaan di bulan Mei adalah 1,6 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya sepanjang tahun ini, memecahkan rekor sebelumnya dengan selisih yang luar biasa besar. Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus yang beroperasi di bawah Uni Eropa, pada hari Selasa (4/7) suhu rata-rata global naik hingga 17 derajat Celcius. Menjadikannya hari terpanas yang pernah dialami Bumi setidaknya sejak 1940 atau tahun di mana pencatatan suhu global mulai dilakukan. Secara keseluruhan, Bumi telah menghangat kira-kira 2 derajat Fahrenheit sejak abad ke-19 dan akan terus bertambah panas sampai manusia menghentikan semua emisi dari bahan bakar fosil dan menghentikan penggundulan hutan.
Baca Juga: Ini Agenda ASEAN Centre for Energy untuk Mendukung Konektivitas Energi Asia Tenggara "Pemanasan keseluruhan planet ini jauh di dalam bidang yang telah diproyeksikan oleh para ilmuwan karena manusia terus memompa sejumlah besar gas rumah kaca yang memerangkap panas ke atmosfer," kata Selain faktor aktivitas manusia, kondisi alam yang semakin tidak menentu juga berperan penting pada peningkatan suhu Bumi. Fenomena siklis di Samudera Pasifik yang dikenal sebagai El Nino menyebabkan fluktuasi dari tahun ke tahun dengan menggeser panas masuk dan keluar dari lapisan laut yang lebih dalam. Suhu permukaan global cenderung lebih dingin pada tahun La Nina dan lebih panas pada tahun El Nino. Tidak hanya itu, peneliti lain mengatakan bahwa upaya untuk membersihkan polusi belerang dari kapal di seluruh dunia mungkin meningkatkan suhu secara perlahan, karena belerang dioksida cenderung memantulkan sinar matahari dan agak mendinginkan planet ini. Namun, dampak yang tepat itu masih diperdebatkan.