Bumi Plc endus keanehan di BRAU



JAKARTA. Bumi Plc, pemilik 84,7% PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan 29,2% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Jumat (31/5), merilis laporan keuangan tahun 2012. Dalam rilis yang dikeluarkan Bumi Plc, entitas asal Inggris itu mengaku membukukan rugi bersih hingga US$ 2,32 miliar, jauh lebih besar dari kerugian tahun 2011 senilai US$ 337 juta.

Isi laporan keuangan itu kian seru, saat Bumi Plc menyimpulkan adanya penyimpangan keuangan atau financial irregilarities dengan jumlah signifikan pada laporan keuangan dan neraca BRAU. Hal ini terungkap dalam rilis kinerja oleh manajemen Bumi Plc kemarin dalam situs resminya.

Dalam rilis dijelaskan, seiring selesainya proses review pada Mei 2013, tim audit BRAU menyimpulkan ada dua pembayaran (payment) senilai US$ 152 juta di tahun 2012 dan US$ 49 juta di tahun 2011 yang tidak bisa dibuktikan secara jelas tujuan bisnisnya. Karena itu, dewan direksi Bumi Plc lantas menyatakan dua pengeluaran senilai US$ 152 juta di tahun 2012 sebagai pengeluaran lain-lain atau exceptional cost pada laporan keuangannya.


Pengeluaran sebesar US$ 152 juta itu oleh manajemen BRAU sebelumnya dilaporkan sebagai pengeluaran untuk hauling road (jalan tambang) dan konstruksi yang sedang berlangsung senilai US$ 79 juta. Selain itu, BRAU juga mencantumkan transaksi pembayaran tanah sebesar US$ 42 juta serta US$ 5 juta dicatatkan sebagai goodwill. Pengeluaran lainnya senilai US$ 24 juta juga dilaporkan sebagai biaya konsultasi tambahan  yang kemudian direklasifikasikan sebagai biaya lain-lain.

Sedangkan, pengeluaran misterius pada tahun 2011 senilai US$ 49 juta, oleh manajemen BRAU, sebanyak US$ 45 juta dilaporkan sebagai reklasifikasi atas harga pokok penjualan (sale cost). Sedangkan, sekitar US$ 4 juta dicatatkan sebagai aset yang sedang dibangun. Sebenarnya masih ada US$ 20 juta sebagai pendapatan pajak tambahan yang kemudian dihapusbukukan (write off).

Padahal pada pertengahan April 2013 lalu, tim audit BRAU hanya mengungkap adanya pengeluaran tahun 2012 senilai US$ 56 juta bagi hauling road dan overburden removal yang tidak memiliki bukti transaksi kuat. Selain itu, masih ada pembayaran kompensasi tanah senilai US$ 38 juta yang tidak bisa divalidasi. Review tersebut juga mengidentifikasi adanya beban-beban yang tidak dimasukkan dalam neraca kas.

Sebagai tindak lanjut, Bumi Plc beserta manajemen baru BRAU di bawah komando Eko Santoso Budianto, akan melaporkan temuan ini kepada Litigation Comitte dan mengambil setiap langkah yang perlu terhadap mereka yang diduga bersalah dalam penyimpangan itu. “Bumi Plc dan Berau akan melakukan semua langkah dan cara yang perlu untuk mendapatkan kembali dan memulihkan semua pengeluaran yang tidak jelas dengan melibatkan badan-badan regulator yang terkait," terang manajemen Bumi Plc dalam rilsinya.

Sekedar mengingatkan, Eko menduduki Presiden Direktur BRAU, setelah Rosan Perkasa Roeslani menyatakan mundur dari orang nomor satu di BRAU. Pengangkatan Eko disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BRAU, 7 Maret 2013.

Saat dikonfirmasi kemarin, juru bicara BRAU, Bintoro Prabowo mengatakan, kerugian yang muncul dalam laporan keuangan merupakan hasil proses reklasifikasi atas biaya-biaya yang tidak memiliki bukti-bukti memadai. BRAU telah mengklasifikasikan kembali biaya pengeluaran lain dan membebankan pada tahun berjalan.

Menanggapi kisruh ini, Nathaniel Rothschild (Nat Rothschld), yang juga menjadi pemegang saham Bumi Plc mengatakan, pengumuman tersebut merupakan bukti adanya ketidakjujuran yang terjadi akibat inkompetensi dan rasa puas diri. Dalam pernyataan tertulisnya kepada KONTAN, Nat Rothschild mengaku, sudah sejak bulan Desember 2012, ia mengingatkan Direksi Bumi Plc akan adanya penyalahgunaan jabatan yang mengerikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo